BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 08 Januari 2010

Tukul Arwana Punya Kecerdasan untuk Sukses? (6)

II

TUKUL ARWANA: DARI MISKIN MENJADI OKB (sambungan)

Subuh Sukses Menjelang
Titik-balik mulai terjadi dalam sejarah sukses Tukul sesudah dia berkeluarga: terjadi dua perubahan dalam hidupnya. Pertama, sikap introspeksi dirinya dan, kedua, kehidupannya bersama Susiana. Tapi awalnya masih belum mulus.

Tukul menyadari bahwa salah satu cara untuk bisa berhasil adalah dengan membenahi diri sendiri melalui introspeksi. Semua kecenderungan buruk yang menjadi penghalang baginya untuk sukses harus dia lawan. Sebagai gantinya, dia harus membiasakan diri dengan sifat-sifat yang akan menolongnya meraih sukses. Belajar mengubah diri melalui bacaan, nasehat mereka yang arif, dan kritik-diri adalah cara-cara yang sering Tukul pakai untuk meraih sukses.

Tukul menyebutkan beberapa sifat yang membuatnya susah sukses. Dia mempunyai sifat buruk seperti sensitif, gampang tersinggung, suka membesar-besarkan masalah, dan sulit membuat keputusan. Kebiasaan lama susah matinya dan Tukul pun tidak gampang melawan kebiasaan lama yang buruk itu. Tapi dia berhasil melawannya.

Salah satu contoh melawan penghalang ke arah suksesnya terjadi tahun 1994. Waktu itu, dia ingin kembali ke Semarang karena hampir putus asa dengan usahanya meraih sukses di Jakarta. Waktu itu, pelawak Bagito sedang tenarnya. Menurut Tukul, humor mereka “segar, cerdas, sementara lawakan saya ini slapstick, konyol, olok-olokan saja.” (Slapstick adalah semacam lawakan yang “lebih mengandalkan gerakan tubuh atau membahas soal fisik untuk bahan lelucon sehingga terkesan kasar.”)

Tapi dia membatalkan rencananya pulang ke Semarang. Dia melihat suatu peluang untuk keberhasilannya dalam melawak pada kesabaran untuk membuat perubahan dari dalam dirinya sendiri. “Lawak itu persoalan mental,” katanya. Bagaimana mengubah mentalnya supaya dia bisa berhasil dalam lawaknya? Melalui bacaan tentang cara-cara meninggalkan sifat buruknya. “Saya lalu banyak membaca buku,” dia menjelaskan. “Saya balikkan semua sifat buruk saya, mencoba bijaksana, lapang dada, dan berjiwa besar dalam hidup.” Hasil perubahan mentalnya ada juga. “Makanya, saya nyantai aja kalau diolok-olok.” Ada dalam kalimatnya ini perubahan batin yang nyata: penguasaan diri dan sikap lapang dada untuk menerima perlakuan seperti ini dari orang lain.

Dia juga menyadari disiplin itu suatu sikap yang perlu untuk kegiatan melawak profesional.. Dia belajar tentang sikap ini pada Tarzan, seorang pelawak senior Srimulat. Karena “kedekatannya dengan personal Srimulat,” tulis Bahar, “akhirnya ia mendapat banyak ilmu untuk menjadi pelawak yang baik.”

Sebenarnya, beberapa orang yang dekat dengan dia sudah memberinya dorongan dan nasehat mental-spiritual yang kalau diterapkan bisa membuka pintu sukses baginya. Ada yang dipraktekkan dan memberi hasil, tapi ada yang terpendam sebagai potensi sukses, menunggu waktunya yang tepat untuk diaktifkan.

Tukul belajar menerapkan kiat-kiat sukses dari buku Bagaimana Cara Menikmati Hidup dan Mengatur Pekerjaan Anda pemberian Ramon Tommy Bens. Salah satu adalah dengan membuat kartu nama untuk “menjual diri” – menjual usaha lawaknya – ke berbagai pihak. “Sejak itu, satu per satu pekerjaan melawak muncul. Sekali pentas dapat duit Rp 20.000,00.” Tony Rastafara yang tahu Tukul mempunyai bakat terpendam dalam bidang lawak memberinya banyak masukan dan dorongan supaya dia bisa berkembang menjadi orang terkenal. Alex Sukamto memberinya “banyak petuah mengenai strategi menjalani hidup.”

Yang sudah barang tentu memberi dorongan paling kuat pada Tukul adalah isterinya. Peranannya terhadap kesuksesan suaminya besar sekali. Dia sangat dibanggakan suaminya karena mau menerima dirinya apa adanya – tidak peduli apakah dia kaya atau miskin.

Dengan berbagai dorongan, nasehat, dan perubahan dari dalam, Tukul pelan-pelan ke luar dari masa kegelapannya dan menyaksikan subuh suksesnya menjelang. Dia masih butuh waktu lagi untuk menyambut terang suksesnya.

Tukul mulai dikenal banyak orang ketika menjadi model video klip Joshua, seorang penyanyi cilik waktu itu. Meskipun begitu, perekonomian keluarganya belum banyak berubah. Honornya menjadi model video klip itu sebesar 150 ribu rupiah, jumlah yang tidak begitu besar untuk keluarganya.

Sesudah menikah, Tukul dan isterinya mengontrak sebuah rumah petak di kawasan Cipete, Jakarta Selatan. Harga kontrak 150 ribu rupiah per bulan. Waktu itu, Tukul tidak mempunyai penghasilan tetap; uang belanja yang diberikan pada isterinya antara seribu dan dua ribu rupiah sehari. Tapi kekurangan ini bisa ditopang isterinya, seorang kasir di sebuah restoran.

Seiring dengan tahun Tukul menikah, dia malah diterima oleh Radio Suara Kejayaan. Antara 1995 dan 2000, dia menjadi penyiar radio swasta itu. Honor pertamanya sebesar 75 ribu rupiah, bayar kontrak rumah 15 ribu rupiah; dan yang lain dipakai untuk bayar iuran pagernya. Ternyata honor ini kurang: dia defisit sebanyak 75 ribu rupiah setiap bulan.

Habis Gelap Terbitlah Terang
Tahun 1997, puteri Tukul lahir. Dia dinamakan Novita Evita Afriana dan sehari-hari dipanggil Vita atau Novi. Kelahiran Vita boleh dibilang menjadi pembuka jalan ke arah kesuksesan Tukul. Dia satu-satunya anak Tukul dan Susiana karena Susiana dua kali keguguran. Novi membuat ayahnya “semakin bersemangat untuk bekerja dan berkarier.” Menurut Tukul, rezekinya “terus meningkat” sesudah Novi lahir. Ini termasuk tawaran melawak yang semakin banyak dan ajakan bergabung ke Srimulat tempat dia menjadi bintang tamu.
Pintu ke arah sukses makin terbuka ketika Tukul menyadari bahwa “namanya [bisa] membawa hoki”, membawa keberuntungan. Makna nama Tukul dalam bahasa Jawa sudah dijelaskan. Tapi Tukul ingin meningkatkan hokinya dengan menambah nama lain sebagai pengganti nama aslinya yang lain, yaitu Riyanto. Dia ikut saran Tony Rastafara, salah seorang sahabatnya, dengan menambah Arwana di belakang nama Tukul. Arwana, kata Tony, adalah nama ikan yang dipelihara orang kaya. Dengan memakai nama ini, Tukul diharapkan bisa menjadi orang kaya. Selain itu, kumis Tukul, menurut Tony, adalah kumis orang kaya. Sejak itu, Tukul menambahkan Arwana di belakang namanya.

Ada lagi nama lain yang ditambahkan Tukul sendiri: Renaldy. Sering ketika melawak, dia memakai nama ini, sekadar sebagai bahan lawakan untuk memancing tawa orang. Renaldy bisa menimbulkan efek komikal karena asosiasi yang bisa menggelikan penonton. Renaldy yang semestinya nama indah seorang lelaki tampan malah sekarang menjadi nama orang yang wajahnya tidak tergolong tampan. Untuk membuat penonton tertawa, “pengucapan Renaldy biasanya diikuti dengan tangan menjumput moncong bibirnya.”

Harry de Fretes ikut membuka jalan ke arah keberhasilan Tukul. Seniman ini mengajak Tukul main dalam sinetron Hari-hari Mau di SCTV. “Inilah saat awal Tukul memasuki dunia hiburan di ibu kota,” Bahar menjelaskan. Keterlibatan ini seakan-akan membuka jalan lebar bagi Tukul untuk mulai tampil terbuka di televisi. Perkenalannya dengan Srimulat pada tahun 1998 ikut membuka peluang lebih besar ke arah suksesnya.

Kemudian, Tukul makin sering ikut terlibat macam-macam peran di televisi. Dia tampil di Lenong Rumpi oleh Ramon Tommy Bens, menjadi pendukung acara Salam Ganda dari Ebet Kadarusman, tampil dalam acara musik Aduhai dan acara Dangdut Ria di Indosiar, menjadi pemeran Pak Roma dalam sinetron Semua Suka Roma, dan ikut dalam Opera Sabun Mandi di SCTV. Selain itu, dia tampil dalam Hari-hari Mau di SCTV, Catatan Si Tukul di RCTI, Ludruk Glamor SCTV, Ketawa Spesial ala Trans TV, dan Komedi Tengah Malam di Lativi. Di samping terlibat dalam berbagai peran di Indonesia, dia juga pernah tampil bersama Srimulat di China, Belgia, Belanda, Singapura, Jerman, dan tempat-tempat lain.

Akhirnya, sesudah suatu perjuangan selama 17 tahun melalui “kristalisasi butir keringat”, Tukul boleh dibilang mencapai cita-citanya semasa di Semarang: menjadi orang sukses dan terkenal. Puncak pencapaian cita-cita itu terjadi tahun 2006 ketika dia menjadi pembawa acara Empat Mata di stasiun televisi TRANS-7, suatu acara yang sangat sukses untuk stasiun televisi ini dan menghasilkan bayaran yang diperkirakan mencapai miliaran rupiah untuk Tukul.

Mr. Apollo, seorang warga Filipina dan seorang konsultan media, ikut berjasa besar dalam penyusunan tontonan kreatif Empat Mata. Menurut info, konsultan asing itulah yang mengenal baik talenta Tukul sebagai host Empat Mata.

Sebelum Tukul menerima tawaran TRANS-7, dia pergi konsultasi spiritual pada Moch. Kuswanto, sering dipanggil Gus Tanto, di Semarang. Dulu, di Semarang, Gus Tanto kawan Tukul waktu masih remaja di desanya, kemudian menjadi kernet Tukul. Sekarang, kawannya menjadi pemimpin Pondok Pesantren, Istighfar, di Semarang. Tukul sering meminta pendapat dan nasihat Gus Tanto sebelum dia membuat keputusan yang penting. “Gus Tanto memberi dukungan dan yakin bahwa acara tersebut bakal sukses.”

Mengapa tontonan Empat Mata dengan Tukul sebagai host begitu digandrungi pemirsa TRANS-7? Pertama, tontonan ini mampu meningkatkan pemasangan iklan di televisi. Kedua, faktor Tukul yang mampu menarik jutaan penonton menikmati acara ini.Acara ini ditonton 16,5 persen penonton televisi pada jam yang sama. Ini “suatu proses spektakuler” karena mampu menghasilkan suatu tontonan dengan sangat banyak pemirsa dan pemasangan iklan. Ketiga, Tukul hadir di saat yang tepat ketika pemirsa membutuhkan tontonan dengan gaya dan model yang baru. Keempat, acara itu membahas tema-tema sederhana yang dengan pas sekali dibawakan Tukul dan menarik minat penonton. Keenam, acara yang dibawakan Tukul ini tidak membosankan pemirsa. Empat Mata adalah “sebuah acara yang akhirnya menjadikan Tukul memasuki masa ‘keemasan’” karena “sangat digandrungi banyak pemirsa.”

Keterlibatan Tukul dalam Empat Mata ikut mengubah secara luar biasa hidupnya. Dari orang desa yang kere, supir omprengan di Semarang, kerja serabutan di Semarang dan Jakarta, makan-minum dengan menimbun utang di warung-warung di Jakarta, tinggal di rumah kontrakan, sering tidak tahu dari mana bisa mendapat uang, makan pagi jam 11 siang dan makan siang jam 11 malam, masih kekurangan uang ketika berkeluarga, Tukul sekarang menjadi Orang Kaya Baru (OKB). Ada kabar bahwa harga Tukul sekali tayang 20 jutaan rupiah. Tayangannya dari Senin sampai dengan Jumat setiap minggu untuk 260 episode. Kalau sekali tayang, Tukul dibayar 20 jutaan rupiah, bayangkan berapa banyak uang yang dia dapatkan dari 260 episode. Pokoknya, miliaran rupiah.

Menurut perhitungan berbagai media, penghasilan tahunan Tukul diperkirakan miliaran rupiah. Ini berasal dari acara Empat Mata dengan tayangan iklan yang sangat banyak – sumber pemasukan yang sangat besar untuk Tukul. Ini belum termasuk penghasilan Tukul dari acara-acara lain, seperti Catatan Si Tukul di RCTI. Menurut info, Tukul sudah menandatangani kontrak sebanyak 100 episode. Kalau penghasilan total dari keterlibatan Tukul di TRANS-7 dan RCTI serta stasiun lain dihitung, dia tentu dapat penghasilan yang sangat besar.

Tanda-tanda sebagai OKB sudah tampak di kawasan Cipete Utara. Di sini, Tukul sudah mempunyai tiga rumah kontrakan besar dan dua rumah besar. Di garasi rumahnya, ada Toyota Kijang Innova, sepeda motor Harley Davidson, dan sebuah sedan Mitsubishi 1983, mobil pertama yang dibeli Tukul.

Kalau memang penghasilannya sekarang miliaran, apa Tukul yang dulu miskin dan utang makan-minum sana-sini sekarang ingin memuaskan dirinya dengan berfoya-foya? Ternyata tidak.

Dia menghargai jerih-payahnya sampai sukses seperti sekarang dan sudah membuat rencana ke masa depan kalau tidak lagi menjadi orang terkenal. Dia sangat menghargai kesuksesannya yang dia raih dengan susah-payah selama 17 tahun. Dia juga tahu suatu waktu dia tidak akan terkenal lagi dan karena itu “harus mempersiapkan kehidupannya dengan baik.”

Yang harus dikelola dengan baik adalah penghasilannya yang diperkirakan mencapai miliaran rupiah itu dan sikap mentalnya terhadap kekayaannya. Dia menyimpan uangnya dengan membuka rekening di tiga bank yang secara administratif memiliki manfaat yang berbeda-beda. Yang pertama untuk pembayaran pekerjaan di televisi, yang kedua untuk pekerjaan off air, dan yang ketiga untuk pembayaran kontrak rumah. Meski sudah menjadi OKB, hidupnya sederhana, tinggal di lokasi yang padat penduduk di Cipete, dan tidak menyukai kehidupan malam.

Sesudah sukses, Tukul bukan kacang yang lupa kulitnya. Dia tidak lupa berbagi rezeki.

Sebagian rezekinya dia bagi dengan orang tua dan saudaranya di Semarang. Untuk ayahnya, dia mendirikan rumah yang bagus di Gunung Pati, Semarang. Dia juga memberi bantuan pada kakak dan adiknya.

Pondok Pesantren Istighfar pimpinan karibnya, Gus Tanto, ikut kebagian rezeki Tukul. Sudah lama dan secara teratur, dia memberi bantuan zakat maal.

SMA tempat dia bersekolah di Semarang memperoleh juga bantuan dari Tukul. Waktu reuni akbar sekolah itu tahun 2005, Tukul menyumbang sebuah sepeda motor Honda Supra Fit untuk inventaris sekolah. “Mungkin sebagai balas budi karena tidak jadi dikeluarkan dari sekolah akibat telat membayar biaya sekolah,” Bahar menduga.

Apakah Tukul yang sudah kaya itu sudah bayar utang-utangnya di warung-warung itu? Info tentang masalah ini tidak saya temukan. Ahmad Bahar hanya mengatakan Tukul yang kaya sekarang “tidak canggung makan di pinggir jalan atau datang ke tempat makan langganannya dulu ketika masih susah.”

Jadi, apakah kisah sukses Tukul Riyanto Renaldy Arwana menunjukkan kecerdasannya untuk sukses? Ini nanti saya jawab dalam bagian berikutnya.

0 komentar: