BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Rabu, 06 Januari 2010

Tukul Arwana Punya Kecerdasan untuk Sukses? (4)

I

Rangkuman Successful Intelligence (sambungan)

Pengetahuan yang tidak diucapkan

Tanda resmi dari seorang yang secara praktis cerdas adalah perolehan dan pemakaian yang mudah dilaksanakan dari pengetahuan yang tidak diucapkan (tacit knowledge). Pengetahuan yang tidak diucapkan artinya pengetahuan yang berkiblat pada aksi, yang secara khusus tanpa pertolongan langsung dari orang lain. Pengetahuan ini mengakibatkan orang mampu mencapai tujuan-tujuan sesuai penilaiannya sendiri. Perolehan dan pemakaian pengetahuan macam ini tampak penting secara unik bagi pekerja-pekerja kompeten dalam usaha-usaha sehari-hari yang nyata.

Pengetahuan yang tidak diucapkan memiliki tiga ciri. Pertama, pengetahuan ini tentang tahu-bagaimana (know-how), yaitu, tahu bagaimana membuat sesuatu. Ia bersifat prosedural. Kedua, ia relevan dengan pencapaian tujuan menurut penilaian orang. Ketiga, ia secara khas diperoleh dengan sedikit pertolongan dari orang lain.

Pengetahuan dengan ketiga ciri macam ini disebut tidak diucapkan karena ia sering disimpulkan dari aksi atau pernyataan. Tapi ia bisa, dan sering, ditampilkan meskipun biasanya tidak mudah dan sering ditentang. Kenaikan jabatan atau pangkat adalah suatu contoh yang secara khusus baik untuk menjelaskan pentingnya pengetahuan yang tidak diucapkan bagi kecerdasan praktis. Mereka yang dipromosi dalam suatu organisasi biasanya sudah membayangkan bagaimana sistem yang di dalamnya mereka ada benar-benar berperan, tidak peduli apa pun yang orang lain katakan tentang apa yang seharusnya menjadi peranan organisasi itu. Orang lebih sering dipromosi berdasarkan reputasi yang sudah mereka bentuk kalau dibandingkan dengan mutu pekerjaannya, yang bisa saja lebih rendah dari mutu kerja mereka yang tidak dipromosi. Para pemenang membayangkan apa yang bisa membuat mereka naik jabatan atau pangkat, dan itu lebih dari sekadar mutu kerjanya.

Pengetahuan yang tidak diucapkan adalah sisi kecerdasan untuk sukses yang menolong orang beradaptasi pada lingkungannya. Mereka belajar tentang bagaimana sistem bekerja dan memanfaatkan sistem itu untuk diri mereka. Pengetahuan yang tidak diucapkan bisa diajarkan. Misalnya, orang diajarkan tentang bagaimana membuat lamaran kerja, bagaimana menulis riwayat hidup ringkas untuk lamaran kerja, bagaimana mengikuti wawancara, bagaimana berbicara, apa yang mereka buat kalau dipecat, dan seterusnya.

Memelajari ketrampilan adaptif sangat penting bagi pengembang kecerdasan untuk sukses, tapi ada lebih dari itu. Bayangkan Dono mempunyai hubungan mesra dengan seorang wanita yang berkali-kali tidak setia. Orang yang secara sukses cerdas tidak beradaptasi pada lingkungan macam ini. Mereka keluar dari lingkungan ini.

Kecerdasan untuk sukses membutuhkan suatu perimbangan yang nyata antara mengetahui kapan beradaptasi dan kapan memilih lingkungan hidup yang lain. Orang yang secara sukses cerdas mengakui juga suatu pilihan ketiga ketika menangani suatu lingkungan. Mereka membentuknya. Anda, misalnya, tidak keluar dari pekerjaanmu karena majikanmu terkadang mencela Anda. Yang Anda cenderung buat adalah menemukan cara untuk membentuk lingkungan yang membuatnya lebih baik supaya cocok dengan kebutuhanmu. Kalau Anda lihat pada orang-orang yang secara sukses cerdas, mereka adalah pembentuk-pembentuk. Mereka tidak mengikuti tren yang ditetapkan orang lain; mereka menciptakan tren itu. Mereka tidak hidup dengan masalah; mereka memecahkannya. Mereka berbuat demikian, sekurang-kurangnya sebagian, dengan menyesuaikan, memilih, dan membentuk lingkungan hidupnya.

Ringkas kata, orang yang mempunyai kecerdasan praktis secara aktif mencari pengetahuan yang tidak diucapkan yang tersirat dan sering tersembunyi dalam suatu lingkungan. Mereka mengakui pengetahuan yang tidak diucapkan yang dibutuhkan untuk sukses berubah dengan kemajuan dalam suatu karier dan bisa juga berubah sebagai suatu fungsi dari suatu lingkungan yang berbeda (suatu gabungan perusahaan, misalnya). Mereka mengabaikan pengetahuan yang tidak diucapkan yang tidak lagi berguna dan memanfaatkan yang berguna. Mereka memakai pengetahuan yang tidak diucapkan untuk menyeleksi, menyesuaikan, dan menolong membentuk lingkungan hidup. Mereka menyadari bahwa apa yang penting adalah bukan berapa banyak pengalaman yang mereka atau orang lain sudah miliki tapi berapa banyak yang mereka atau orang lain sudah manfaatkan dari pengalaman. Mereka memanfaatkan setinggi-tingginya peluang yang mereka miliki. Jelas, kecerdasan praktis adalah suatu kunci ke arah sukses dalam bidang apa pun. Mereka yang bisa menggabungkannya dengan kecerdasan analitik dan kreatif akan menjadi orang yang paling sukses.

Mengaktikan Kecerdasan untuk Sukses

Kinerja yang sukses adalah satu-satunya ujian yang sejati terhadap kecerdasan untuk sukses, dengan cara apa pun ia diukur atau didefinisikan. Akan tetapi, sukses adalah suatu istilah yang relatif. Seperti kecantikan, sukses itu bisa saja sesuai dengan nilai pandangan setiap orang. Meskipun demikian, orang yang secara sukses cerdas mempunyai banyak hal yang sama, apa pun tingkat atau hakekat suksesnya.

Prof. Robert J. Sternberg merumuskan 20 ciri dan atribut kecerdasan untuk sukses. Tidak adanya ciri-ciri dan atribut ini dalam jalur kerja dan kehidupan pribadi kita bisa mengakibatkan kita mensabotase diri sendiri dan mengalami kegagalan. Akan tetapi, kehadirannya bisa berperan sebagai aktivator-aktivator diri kita dan, akhirnya, bisa mengarah pada sukses.

1. “Orang yang secara sukses cerdas memotivasi dirinya sendiri.” Motivasi bertanggung jawab terhadap perbedaan individual dalam sukses. Kebanyakan orang dimotivasi dari luar dan dari dalam dirinya sendiri. Lingkungan hidup bisa atau belum tentu menyediakan banyak motivasi, jadi orang harus menemukan cara untuk memotivasi dirinya sendiri.

2. “Orang yang secara sukses cerdas belajar mengendalikan impuls-impulsnya.“ Kecenderungan untuk bertindak spontan lebih menghambat ketimbang mempertinggi karya intelektual, karya yang membutuhkan pikiran reflektif. Kebiasaan impulsif menghambat kinerja optimal dengan mencegah orang memberdayakan setinggi-tingginya sumber dayanya dalam memecahkan suatu masalah. Meskipun refleksi yang terus-menerus tidak diinginkan, orang tidak boleh tergoda oleh pemecahan pertama yang mereka peroleh karena ingin memecahkan suatu masalah. Pemecahan yang lebih baik bisa timbul sesudah ada pemikiran lebih jauh.

3. “Orang yang secara sukses cerdas tahu kapan bertekun.” Beberapa orang, bahkan termasuk yang sangat cerdas, gampang menyerah. Dengan demikian, mereka kehilangan peluang untuk menyelesaikan suatu masalah, kemungkinan dengan suatu cara yang sangat cocok. Tapi bagi mereka yang secara sukses cerdas, ketekunan itu bisa muncul sebagai suatu rangkaian frustrasi dan kegagalan yang panjang sebelum mereka meraih sukses.

4. “Orang yang secara sukses cerdas tahu bagaimana memanfaatkan kemampuannya sebaik-baiknya.” Sering, mereka sudah menjelajahi sejumlah pilihan sebelum mereka akhirnya memutuskan menekuni pilihannya, yang sesuai dengan kemampuan terbaiknya. Dengan pilihan macam ini, mereka bisa mencapai prestasi hebat. Mereka mungkin tamatan terbaik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan suatu perguruan tinggi tapi sama sekali tidak mampu mengajar. Orang yang secara sukses cerdas mengenal kekuatannya dan memanfaatkannya.

5. “Orang yang secara sukses cerdas menerjemahkan pikirannya menjadi tindakan.” Mereka tidak “terbenam dalam pikirannya” tapi punya kemampuan untuk melaksanakan gagasan yang baik. Mereka juga melaksanakan keputusannya.

6. “Orang yang secara sukses cerdas punya orientasi pada hasil.” Dasar penilaian prestasi kita adalah apa yang kita hasilkan. Hasil dibentuk oleh proses, cara mendapat hasil. Orang yang secara sukses cerdas melaksanakan proses yang menuju produk, hasil. Proses tanpa produk ibarat sebuah mobil yang dirancang secara indah tanpa mesinnya. Orang yang secara sukses cerdas menaruh perhatian pada proses, tapi perhatian utama mereka pada produk, mobil yang dirancang secara indah dengan mesin di dalamnya. Mereka ingin hasil dan keinginan ini membutuhkan kecerdasan untuk membentuknya.

7. “Orang yang secara sukses cerdas menyelesaikan tugas dan menuntaskannya.” Mereka tahu tujuannya, dan kalau itu untuk memecahkan suatu masalah atau mengambil suatu keputusan, begitu mereka selesai, mereka menuntaskannya.

8. “Orang yang secara sukses cerdas adalah pengambil prakarsa.” Mereka tidak menunggu sukses datang padanya; mereka mengambil inisiatif, mereka bertindak, untuk meraihnya. Mereka juga berani mengambil prakarsa untuk membentuk hubungan-hubungan persahabatan dengan orang lain, dan membina persahabatan itu untuk jangka waktu yang lama.

9. “Orang yang secara sukses cerdas tidak takut menghadapi risiko kegagalan.” Orang takut akan kegagalan karena tingkat motivasinya rendah untuk mencapai prestasi. Tapi mereka dengan kebutuhan yang tinggi akan prestasi cenderung melakukan tugas yang punya suatu peluang yang baik tapi yang tanpa kepastian akan berhasil. Selain itu, orang takut akan kegagalan karena mereka takut membuat kesalahan. Orang yang secara sukses cerdas membuat kesalahan, tapi mereka tidak mengulangi kesalahan yang sama. Mereka membetulkan kesalahannya dan belajar dari kesalahan itu. Kalau mereka memang mengalami kegagalan, mereka belajar juga dari kegagalan itu.

10. “Orang yang secara sukses cerdas tidak menunda-nunda waktu.” Mereka benar-benar menyadari hukuman dari menunda-nunda waktu. Mereka menjadwalkan waktunya supaya hal-hal penting dikerjakan dan dikerjakan dengan baik.

11. “Orang yang secara sukses cerdas menerima celaan atau kritik yang adil.” Ketika sesuatu menjadi tidak beres, mereka menunjukkan tanggung jawab kalau ketidakberesan itu karena kesalahannya. Mereka tidak berdalih dan menjadikan orang lain sebagai kambing hitam masalahnya. Mereka juga berharap orang lain melakukan hal yang sama.

12. “Orang yang secara sukses cerdas menolak sikap kasihan pada diri sendiri.” Sikap kasihan pada diri sendiri untuk alasan apa pun adalah suatu penghalang pekerjaan yang baik. Ia juga bukan suatu dalih untuk pekerjaan yang buruk. Mereka yang secara sukses cerdas tidak mau membuang-buang waktu untuk menunjukkan sikap kasihan pada diri sendiri. Kalau mereka merasa ada yang sudah menyalahkan mereka dengan cara yang tidak adil atau merugikan mereka, mereka segera mencoba memperbaiki situasi itu.

13. “Orang yang secara sukses cerdas bebas.” Mereka sangat mengandalkan dirinya sendiri. Kalau mereka ingin mengerjakan sesuatu, mereka tahu cara terbaik untuk mengerjakannya entah seorang diri atau dengan bertanggung jawab bagi orang lain yang mengerjakannya. Mereka tidak berharap orang lain bertanggung jawab untuk apa yang mereka lakukan.

14. “Orang yang secara sukses cerdas berupaya mengatasi kesulitan pribadi.” Mereka tahu mencoba menghindari kesulitan pribadi yang harus mereka sering hadapi adalah keliru. Tapi sampai dengan batas yang paling besar, mereka tetap memisahkan kehidupan profesional dari kehidupan pribadinya.

15. “Orang yang secara sukses cerdas fokus dan memusatkan perhatian untuk mencapai tujuan-tujuannya.” Mereka menyadari kondisi yang di dalamnya mereka mampu berperan paling baik. Mereka menciptakan lingkungan hidup itu lalu memakainya untuk memperoleh keuntungan maksimum.

16. “Orang yang secara sukses cerdas tidak memperluas dirinya menjadi entah terlalu tipis atau terlalu tebal.” Mereka menghindari usaha yang mereka tahu lebih banyak atau lebih sedikit dari yang bisa mereka tangani dalam suatu waktu tunggal. Mereka membagi waktunya untuk memaksimumkan kinerjanya.

17. “Orang yang secara sukses cerdas mempunyai kemampuan untuk menunda pemuasan hatinya.” Sukses tidak dicapai dalam satu malam; ia membutuhkan penundaan keinginan untuk memuaskan hati, terkadang untuk jangka waktu yang lama. Orang yang secara sukses cerdas tidak menolak ganjaran-ganjaran dan kesenangan kecil dari kehidupan. Tapi waktu dan tenaga intelektualnya terutama dipakai untuk mencapai prestasi ini – dan hubungan pribadi – yang akan memberi mereka kesenangan paling besar dalam jangka panjang.

18. “Orang yang secara sukses cerdas mempunyai kemampuan untuk melihat hutan dan pohon.” Mereka mampu membedakan mana yang hutan – tetek bengek – dan mana yang pohon – gambaran lebih besar – dari usahanya. Mereka tidak terserap oleh struktur mikro dan mengabaikan struktur makro. Mereka tahu beda antara akibat dan sebab. Mereka menyadari apa yang mereka lakukan dan kapan itu bisa mengantar mereka ke tujuannya.

19. “Orang yang secara sukses cerdas memiliki suatu tingkat yang masuk di akal dari kepercayaan diri dan suatu kepercayaan akan kemampuannya untuk mencapai tujuannya”. Percaya diri sering penting sekali untuk sukses. Kita tahu kalau orang tidak mempunyai rasa percaya diri, mereka tidak akan mengharapkan orang lain mempunyai rasa percaya diri juga. Mereka menjaga keseimbangan yang cocok antara memiliki rasa percaya diri yang rendah dan rasa percaya diri yang terlalu tinggi.

20. “Orang yang secara sukses cerdas menjaga perimbangan antara pemikiran analitik, kreatif, dan praktis.” Ada waktu untuk berpikir analitik, waktu untuk berpikir kreatif, dan waktu untuk berpikir praktis. Penting mengetahui kapan kita menerapkan ketrampilan berpikir ini. Orang yang secara sukses cerdas belajar tentang jenis berpikir mana yang diharapkan dari mereka dalam situasi yang berbeda lalu menangani situasi itu menurut ketrampilan intelektual yang cocok. Kemudian, dalam situasi memecahkan masalah dan mengambil keputusan, mereka melibatkan ketiga-tiganya; mereka menganalisis situasi lalu menemukan pemecahan atau keputusan yang masing-masing kreatif dan mempunyai penerapan praktis.

Kecerdasan untuk Sukses Harus Diajarkan

Kedua puluh ciri orang yang secara sukses cerdas tadi tercermin dalam atribut pribadi dan kinerjanya. Prof. Sternberg berpendirian bahwa kecerdasan untuk sukses harus diajarkan. Ini kecerdasan yang akan menjadi paling memberi ganjaran di dunia nyata sesudah pendidikan sekolah dan perguruan tinggi – baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam pekerjaan kita. “Tujuan paling akhir kita dalam memahami dan meningkatkan kecerdasan kita haruslah realisasi yang lengkap dalam kehidupan kita dari potensi intelektual yang kita semua miliki,” sarannya.

0 komentar: