Daftar Isi
- Ganggang Bermasalah sebagai Bahan Bakar Bio
- Mengenang Marshall Nirenberg, Bapa Kode Genetik
- Leluhur Manusia Terancam Punah Satu Juta Tahun yang Lalu
- Keuntungan Menguasai Dua Bahasa yang Berbeda
- Stres Bisa Berakibat Buruk dan Baik untuk Anda
- Gadget yang Berperan Sebagai Otak Penolong Dijital
BIOENERGI
Ganggang Bermasalah sebagai Bahan Bakar Bio
Menanam ganggang sebagai bahan bakar bio memberi dampak buruk terhadap lingkungan hidup dibanding memakai sumber-sumber bahan bakar bio lain seperti jagung, rumput makanan hewan, dan kanola (tanaman lobak). Demikian penilaian para periset ketika mereka memberikan penilaian terhadap siklus hidup pertumbuhan ganggang.
Minat pada bahan bakar bio hasil olahan ganggang sudah meningkat tahun 2009. Meningkatnya minat ini memicu investasi besar dari Perusahaan Exxon Mobil dan Perusahaan Kimia Dow, investasi utama yang sudah mendapat dukungan dari Gedung Putih, AS. Tapi industri yang baru muncul ini menghadapi rintangan-rintangan utama yang harus diatasi sebelum meningkatkan produksi.
Masalah ganggang sebagai bahan bakar bio tadi adalah hasil riset. Hasil ini diterbitkan dalam Environmental Science and Technology minggu ketiga Januari 2010.
Ganggang sebagai bahan bakar bio potensial
(Kate Howell, “Is Algae Worse Than Corn for Biofuels?”, Scientific American Online, January 22, 2010)
SAINS BIOMEDIS
Mengenang Marshall Nirenberg, Bapa Kode Genetik
Marshall Nirenberg
Marshall Warren Nirenberg (lahir 1927 di AS dan berdarah Yahudi) memenangkan Hadiah Nobel bidang Fisiologi atau Ilmu Kedokteran tahun 1968 bersama Robert W. Holey dan Har Gobin Khorana. Dia ikut meraih hadiah sangat bergengsi ini karena menguraikan kode genetik (dasar dari warisan hidup), suatu penemuan yang tidak sepopuler penemuan heliks ganda (struktur spiral ganda dari DNA ataudeoxyribonucleic acid, bahan yang meneruskan informasi genetik organisme) oleh James Watson dan Francis Crick.
Kode genetik mengacu pada urutan nukleotid, satuan struktural dari asam nukleik. Urutan ini mencakup adenin, tinin, guanin, dan sitosin (cytosine), disingkat sebagai A (adenin), C (cytosine), T (tinin), dan G (guanin). Urutan nukleotid berfungsi sebagai petunjuk untuk membuat asam amino, blok bangunan dasar dari hidup.
Tiga nukleotid membentuk sebuah “kodon”. Dibutuhkan tiga nukleotid atau sebuah kodon untuk membuat satu asam amino. Tapi tiga nukleotid yang mana dan untuk asam amino yang mana? Pada tahun 1961, Nirenberg bereksperimen dengan RNA (ribonucleic acid atau asam ribonukleik), asam nukleik dalam semua sel hidup, di mana urasil (suatu komponen RNA yang berpasangan dengan timin dan dilambangkan dengan huruf U) menggantikan peranan timin. Penggantian peranan ini memecahkan kode untuk asam amino fenilalamin – suatu asam amino esensial, terdapat dalam banyak protein dan diubah menjadi tirosin, suatu asam amino niresensial – oleh tubuh manusia. Nirenberg lalu menemukan UUU yang menjadi kata pertama dalam kamus kimiawi tentang hidup.
Menjelang 1966, Nirenberg yang mendapat bantuan sangat penting dari dua ilmuwan lain masing-masing bernama Holley dan Khorana mengidentifikasi susunan dan urutan dasar semua kode genetik dari 64 trinukleotid, suatu senyawa kimia yang terdiri dari tiga mononukleotid yang saling terkait. Karena prestasi ini, dia ikut meraih Hadiah Nobel 1968. Meskipun demikian, dia dijuluki Bapa Terlupakan dari Kode Genetik, sebagian karena dia seorang pemalu dan sebagian karena penemuan kode genetik dijelaskan dengan memakai bahasa yang sangat teknis dan rumit.
Marshall Warren Nirenberg meninggal dunia di Kota New York, AS, minggu kedua Januari 2010.
Marshall W. Nirenberg ketika masih muda
(Philip Yam, “Marshall Nirenberg, Forgotten Father of Genetic Codes, Dies” Scientific American Online, January 20, 2010 dan sumber-sumber lain)
INFORMASI GENETIK
Leluhur Manusia Terancam Punah Satu Juta Tahun yang Lalu
Leluhur purba manusia masa kini
Suatu penelitian yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences di AS yang memakai analisis genomik (tentang perangkat kromosom) dari manusia modern menyingkapkan bahwa populasi leluhur kita satu juta tahun yang lalu kurang dari 20.000 orang, yaitu 18.500 orang. Ini hasil penelitian ilmuwan pada Universitas Utah di Kota Salt Lake di Amerika Serikat.
Para ilmuwan dari universitas ini mendasarkan sensus leluhur kita pada suatu penafsiran genom (pelengkap informasi genetik yang diwarisi suatu organisme dari orang tuanya, terutama perangkat kromosom dan gen yang dibawanya) manusia modern. Mereka secara khusus menelusuri posisi unsur-unsur yang bisa diubah. Potongan-potongan kecil DNA pada dasarnya adalah parasit-parasit genomik. Selang beberapa waktu, parasit-parasit itu menyebar melalui genom kita; meskipun mampu melompat dari satu tempat ke tempat lain, mereka jarang melakukan lompatan ini. Satu transposon (segmen DNA yang bergerak atau berpindah) muncul pertama kali sekitar sejuta tahun yang lalu. Dengan meneliti tempat adanya urutan itu sekarang, para ilmuwan memperoleh suatu pemahaman tentang ukuran populasi manusia yang berbiak waktu itu.
Perkiraan mereka tentang 18.500 orang menunjukkan bahwa jumlah leluhur kita cukup langka. Leluhur itu mencakup Homo erectus (leluhur yang sudah punah dari manusia modern dan hidup sekitar 1,5 juta tahun yang lalu), Homo ergaster, dan Homo sapiens (spesis manusia modern) yang menyebar ke Dunia Kuno (Afrika, Asia, dan Eropa sebelum Columbus mengadakan pelayaran perdananya ke Benua Amerika).
Jadi, sejuta tahun yang lalu, kita sebenarnya suatu spesis yang terancam punah. Kurang dari 20.000 bertahan hidup sesudah suatu peristiwa bencana memusnahkan hampir semua penduduk dunia waktu itu. Peristiwa itu adalah letusan gunung api super. Gunung api super itu berada jauh di bawah bumi di AS (Kalifornia dan Wyomong), Indonesia, dan Selandia Baru.
(Karen Hopkin, “1 Million Years B.C.: Humans Rare” Scientific American Online, January 21, 2010; Carina Starrs, “Endangered Species Humans Might Have Faced Extinction 1 Million Years Ago” Scientific American Online, January 20, 2010; dan sumber lain)
PSIKOLOGI
Keuntungan Menguasai Dua Bahasa yang Berbeda
Orang yang menguasai dua bahasa yang berbeda memroses kata-kata tertentu lebih cepat dari yang lain.
Kemampuan berbicara dalam suatu bahasa kedua (seperti bahasa Inggris) bukanlah satu-satunya hal yang membedakan mereka yang menguasai dua bahasa dengan rekannya yang menguasai satu bahasa. Selain itu, otak mereka juga bekerja secara berbeda. Riset sudah menunjukkan, misalnya, bahwa anak-anak yang menguasai dua bahasa lebih mudah memecahkan masalah-masalah yang melibatkan petunjuk-petunjuk yang menyesatkan. Suatu penelitian yang baru dan diterbitkan dalam Psychological
Science menyingkapkan bahwa pengetahuan suatu bahasa kedua – bahkan bahasa yang dipelajari ketika seseorang sudah dewasa – memengaruhi cara orang membaca dalam bahasa induknya (seperti bahasa Indonesia untuk pengujar Indonesia). Penemuan-penemuan ini menunjukkan bahwa sesudah memelajari suatu bahasa kedua, orang tidak pernah memahami kata-kata dengan cara yang sama lagi.
Eva Van Assche, seorang ahli psikologi dwibahasa pada Universitas Ghent di Belgia, dan rekan-rekannya merekrut 45 mahasiswa pengujar asli bahasa Belanda dari universitas mereka. Para mahasiswa ini sudah belajar bahasa Inggris ketika berusia 14 atau 15 tahun. Para periset menanyakan peserta untuk membaca sekumpulan kalimat bahasa Belanda, beberapa di antaranya berisi kognat, kata-kata yang mirip dan punya arti yang sepadan dalam bahasa Belanda dan Inggris (seperti “sport” yang sama artinya dalam kedua bahasa ini). Mereka juga membaca kalimat-kalimat lain yang berisi hanya kata-kata nonkognat dalam bahasa Belanda.
Van Assche dan rekan-rekannya merekam gerak mata peserta ketika mereka membaca. Mereka menemukan bahwa mahasiswa yang diamati rata-rata memakai delapan milidetik untuk melihat sekilas kata-kata kognat lebih sedikit dari jumlah detik yang mereka pakai untuk membaca kalimat-kalimat yang dikonttrol peneliti. Ini menunjukkan bahwa otak peserta memroses kata-kata dwibahasa lebih cepat dari kata-kata yang ditemukan hanya dalam bahasa induknya.
“Implikasi paling penting dari penelitian ini adalah bahwa, bahkan ketika seseorang membaca dalam bahasa induknya, ada suatu pengaruh dari pengetahuan tentang bahasa kedua yang tidak dominan,” Van Assche mencatat. “Menjadi seorang pemakai dua bahasa mengubah salah satu ketrampilan otomatik seseorang.”
(Melinda Wenner, “The Neral Advantage of Speaking 2 Languages”, Scientific American Online, January 2010)
Stres Bisa Berakibat Buruk dan Baik untuk Anda
Stres bisa berakibat buruk tapi juga baik untuk Anda. Stres bisa berakibat buruk, terutama ketika Anda bereaksi padanya dengan kemarahan, depresi atau dengan menenggak lima gelas Scotch (nama sejenis minuman keras). Tapi dalam keadaan tertentu, sres bisa juga berakibat baik; ada stres yang sehat dan perlu untuk membuat Anda waspada dan sibuk. Kebanyakan orang berusaha sebaik-baiknya mengatasi stres yang kecil dan sedang.
Dalam psikologi, ada istilah “tanggapan terhadap stres”: reaksi hormonal tubuh terhadap ketidakpastian atau perubahan. Tanggapan terhadap stres berkembang untuk menolong kita bertahan hidup. Kalau kita belajar tentang cara mencegah stres menguasai hidup kita, tanggapan terhadap stres masih bisa menolong kita. Dalam jangka pendek, tanggapan terhadap stres bisa memberi kita tenaga; dalam jangka panjang, stres bisa mendorong kita melakukan pekerjaan kita yang kita sukai agar menjadi lebih baik. Sedikit stres yang bisa mempersiapkan kita untuk menghadapi stres yang lebih banyak kemudian hari, dan membuat kita tabah. Bahkan ketika menjadi ekstrim, stres bisa memiliki efek positif tertentu. Itulah sebabnya kita tidak hanya mengalami kekacauan stres pasca trauma tapi juga suatu gejala kejiwaan yang oleh beberapa ahli psikologi mulai disebut sebagai “pertumbuhan pasca trauma”. Secara khusus, stres bisa punya pengaruh yang baik pada beberapa orang.
Setiap orang menanggapi stres dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang paling kurang tabah dan ada yang sangat tabah menghadapi stres.
Orang yang paling kurang tabah adalah mereka yang sifatnya egosentrik atau memusatkan perhatian pada dirinya. Lebih besar peluang bagi mereka untuk merasakan stres secara pribadi. Dalam-dangkalnya perasaan mereka terhadap stres memengaruhi kemampuannya untuk tabah. Itulah sebabnya orang yang selamat dari bencana alam cenderung pulih lebih cepat dari mereka yang selamat dari serangan-serangan yang ditujukan secara pribadi pada mereka.
Sebaliknya, orang yang tabah terhadap stres mencari pertolongan pada orang-orang lain yang bisa mereka andalkan. Ini tidak berarti orang tabah tidak mengalami stres atau terlatih lebih baik untuk menangani stres yang mereka alami. (Mereka yang tabah punya peluang lebih besar dari orang lain untuk memelajari manajemen stres.) Orang yang tabah mengakui bahwa hal-hal buruk bisa terjadi pada orang baik; karena itu, mereka tidak kewalahan menghadapi stres ketika mereka mengalami kemunduran dalam hidupnya.
(Mary Carmichael, “Who Says Stress Is Bad for You?” Newsweek, February 26, 2009 halaman 45 dan 48)
TEKNOLOGI INFORMASI
Gadget yang Berperan sebagai Otak Penolong Dijital
NTT Docomo dan penyedia lain dari telepon seluler di Jepang berencana membuat suatu gadget (alat sederhana atau kecil) yang berperan sebagai otak suatu penolong dijital. Tujuannya adalah untuk menghubungkan GPS, akses Internet dan fungsi-fungsi lain dengan perangkat lunak yang pintar untuk menyampaikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan individual. Peran penolong dijital yang diberi otak ini persis seperti peran seseorang yang membantu orang lain. Docomo tengah mengembangkan teknologi yang mempertimbangkan informasi dari berbagai sumber – preferensi pengguna GPS dan data tentang pembelian, dialog dengan memakai feed Twitter, e-mail, log pribadi, dan seterusnya. Gagasan di balik pembuatan penolong dijital berotak ini adalah “suatu alat komunikasi informasi yang bisa dipindah-pindahkan dari satu tempat ke tempat lain yang bisa membaca akal budi seorang pengguna,” kata Kazuo Sato, direktur pada proyek Docomo.
Beberapa contoh gaya i-concier Docomo
Alat kecil itu akan menyediakan banyak sekali informasi pada telepon seluler yang pintar dengan suatu cara yang menghasilkan integrasi yang selaras dengan gaya hidup pengguna. Ketika Anda berjalan memasuki Ginza di Tokyo pada suatu hari Minggu siang untuk sedikit berbelanja, misalnya, agen perangkat lunak ponselmu yang sudah tahu tentang minatmu pada kaligrafi mengingatkan Anda pada suatu pameran kaligrafi yang tengah berlangsung sejauh beberapa blok bangunan dari tempat Anda ada sekarang.
Docomo melansir suatu asisten pribadi tahap awal dalam bulan November 2008. Penolong dijital yang punya otak itu diberi nama “i-concier”, singkatan dari kata “concierge”. Asisten ini memberi tanda-tanda atau isyarat-isyarat berdasarkan informasi tentang pengguna dan data dari lebih dari 200 penyedia data. I-concier bisa memberitahu Anda tentang kemacetan lalulintas kereta api bawah tanah, kecelakaan lalu-lintas dan gempa bumi, dan mengingatkan Anda tentang peristiwa-peristiwa komunitas lokal dan konser.
Sejauh ini, i-concier sudah diluncurkan dan menunjukkan suatu awal yang menjanjikan. Dalam waktu dua bulan, hampir setengah juta pelanggan sudah antre untuk membeli penolong dijital yang memakai suatu gadget sebagai otaknya.
(Akiko Kashiwogi, “The Digital Helper” Newsweek February 23, 2009 halaman 9)