BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, 26 Desember 2009

Vol.2: Statistik, Kedokteran, dan Budaya Pangan

Daftar Isi

STATISTIK

KEDOKTERAN

  • Akhir Antibiotika
  • Kanker

BUDAYA PANGAN
Mata Rantai Makanan yang Menghubungkan Kita Semua



STATISTIK

·         $AS 2 juta: perkiraan gaji tahunan Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, suatu kenaikan sebesar 60% dari gaji sebelumnya, kenaikan yang diumumkan pemerintah Singapura.
·         $AS 400.000: gaji tahunan George W. Bush, Presiden AS.(Sumber: TIME April 23, 2007  halaman 14)
·         25%: peningkatan jumlah serangan teroris di seluruh dunia dari tahun 2005 ke 2006. Insiden-insiden di Irak membentuk hampir separuh dari 14.000 serangan dan sekitar dua pertiga dari lebih dari 20.000 korban yang tewas.
·         $AS 510 miliar: perkiraan jumlah biaya yang disetujui Kongres AS sejak serangan 9/11 untuk perang global melawan teror. Banyak dari dana itu untuk membiayai perang di Irak, Afghanistan dan keamanan dalam negeri AS.
·         300 juta: jumlah orang China yang mempraktekkan suatu agama, berdasarkan suatu survei Universitas Normal China Timur di Shanghai.
 
Tewas Karena Tabrakan  
     Pada tahun 2006, lebih dari 17.600 orang di AS tewas karena tabrakan-tabrakan lalulintas yang berhubungan dengan penggunaan alkohol, menurut suatu studi dari Kantor Keselamatan Lalulintas Jalan Raya Nasional AS. Utah, yang populasi Mormonnya sebagian besar menolak minuman keras, punya tingkat paling rrendah dari kecelakaan fatal yang berhubungan dengan alkohol: hanya 24%. Hawaii punya tingkat tertinggi: 52% kecelakaan fatalnya melibatkan kadar alkohol tinggi. Untuk mengatasi berkendaraan sambil mabuk, pengadilan negara bagian bisa mewajibkan mereka yang akan menjadi mabuk memasang alat yang mencegah pengemudi yang sudah mabuk menghidupkan mesin mobilnya.

Tingkat Kematian Anak-anak
  • Ada 9.7 juta anak di bawah usia 5 tahun yang meninggal tahun 2006 – suatu rekor yang rendah, menurun dari 13 juta pada tahun 1990
  • Ada 19% persen kematian anak-anak di bawah 5 dari tahun 2000 sampai dengan 2003 yang disebabkan oleh pneumonia. Kekurangan gizi adalah penyebab utama 53% kematian dalam kelompok usia itu di seluruh dunia.

Pencakar  Langit
   Menurut rencana, menara Burj Dubai yang tengah dibangun di Uni Emirat Arab akan setinggi 800 meter. Ketinggian ini sudah melampaui Menara CN setinggi 553 meter di Toronto, susunan yang berdiri bebas tertinggi sedunia. Biaya pembangunan menara ini sebesar $AS 1 miliar. Sumber: TIME October 1, 2007 pp 11-12

KEDOKTERAN

Akhir Antibiotika
   Para ilmuwan mengira mereka sudah memberantas penyakit-penyakit menular. Tapi sekarang kuman-kuman bertahan hidup.
   Antibiotika, obat ajaib abad ke-20, sudah tidak mempan lagi terhadap bakteri, organisme paling primitif di bumi. Meskipun antibiotika manjur, ia tidak mampu membunuh semua bakteri. Bakteri tersisa yang masih hidup berkembang-biak lagi dalam jumlah miliaran. Darah seorang pasien yang sebelumnya dinyatakan bersih oleh dokter menjadi tertular lagi beberapa hari kemudian. Kalau antibiotika tidak mampu memberantas bakteri-bakteri tersisa yang kini makin banyak dalam darah pasien, dia dipastikan meninggal dunia.
   Penisilin, antibiotika tenar itu, ditemukan Alexander Fleming tahun 1928. Penisilin lalu dipakai secara besar-besaran untuk mengobati para prajurit Tentara Sekutu dalam PD II. Hasilnya yang mujarab bertahan selama 5 tahun. Munculllah stafilokokus yang tidak mempan terhadap penisilin. Ahli-ahli farmatika yang pintar lalu menemukan obat-obat yang baru untuk memberantas jenis bakteri ini. Tapi stafilokokus yang mampu bertahan hidup bergerombol lagi dan mutan-mutannya mampu melawan mujarabnya antibiotika yang baru itu. Obat baru, mutan lebih baru. Ini berlangsung terus. Tapi pada umumnya, obat-obat itu mendahului kemampuan bakteri-bakteri yang melawannya dan perlahan-lahan penyakit-penyakit seperti tuberkulosis, pnumonia bakterial, septikemia (keracunan darah), sifilis, gonorhea, dan infeksi-infeksi bakterial yang lain diberantas. Ini tidak berarti tidak ada pasien yang tidak meninggal dunia. Tapi jumlahnya sedikit dan mereka yang diberi antibiotika punya peluang lebih besar untuk sembuh dari serangan mikroba-mikroba ini. Pada tahun 1980-an, para ahli kedokteran percaya mereka sudah menaklukkan hampir semua penyakit menular. Tapi sekarang mereka menyadari kleim itu tidak benar.
   Sekarang, setiap bakteri yang menimbulkan penyakit punya versi-versi yang menolak sekurang-kurangnya satu dari 100 lebih antibiotika untuk pengobatan. Beberapa kebal dan satu tidak. Tuberkulosis yang kebal terhadap obat menimbulkan satu dari tujuh kasus baru; 5 persen pasien tbc sekarat. Beberapa lompok (strain) pnumokokus yang kebal, yaitu mikroba yang mengakibatkan luka-luka karena pembedahan terinfeksi, penularan pada telinga anak-anak dan meningitis muncul di Afrika Selatan tahun 1970-an, menyebar ke Eropa lalu ke Amerika Serikat. Pada tahun 1992, 13.300 pasien rumah sakit meninggal karena ketularan bakteri yang mempan terhadap antibiotika yang diberikan dokter padanya. Menjelang dokter menemukan suatu antibiotika yang manjur, bakteri yang mengamuk itu sudah meracuni darah pasien, mencederai paru-parunya atau melumpuhkan beberapa organ vital lainnya.
   Biaya pengobatan membengkak di AS. Karena antibiotika pertama yang dianjurkan sering gagal, pasien harus mencoba beberapa: ini menambah sekitar 100 juta s/d 200 juta dolar AS pada biaya perawatan kesehatan negara itu. Mikroorganisme masa kini sulit diberantas karena mereka lebih tua dari manusia dan makin pintar melawan obat-obat yang bertujuan untuk memberantasnya.
   Cara evolusi bakteri itu bisa menjelaskan kesulitan pengobatan modern untuk memberantasnya. Mikroorganisme ini mengembangkan penolakan terhadap antibiotika. Ketika suatu koloni bakteri dilawan dengan, misalnya, penisilin, kebanyakan mati. Tapi sedikit mikroba yang mujur, secara kebetulan, membawa gen mutan yang mengakibatkannya kebal terhadap obat itu. Mereka bertahan hidup, meneruskan gen-gen perlawanannya pada keturunannya – satu bakteri bisa menghasilkan 16.777.220 keturunan dalam waktu 24 jam. Melalui berbagai mekanisme perkembangan lain, mikroba berbentuk bakteri kolera, misalnya, memperoleh perlawanan terhadap tetrasilin dari E. coli  dalam usus manusia. Jadi, sementara antibiotika tidak menciptakan gen perlawanan, obat itu mempercepat penyebarannya.
   Melihat kesulitan memberantas bakteri-bakteri tadi secara tuntas, para pakar ilmu kedokteran tengah berupaya obat ampuh yang baru. Ada pemikiran untuk mengabaikan sama sekali pengobatan dengan antibiotika. Sejauh ini, belum ditemukan obat pamungkas bakteri. Jadi, antibiotika dan obat-obat sejenisnya masih akan dipakai.

Sumber: NEWSWEEK, March 28, 1994, pp. 35 – 39

Tes Kanker
   Para periset pada konperensi Perhimpunan Amerika untuk Onkologi Klinikal melaporkan awal Juni 2007 bahwa cara terbaik untuk membayangkan cara suatu kanker berkembang adalah dengan mengeluarkan sedikit darah. Kanker ditelusuri melalui darah dengan mengumpulkan sel-sel musuh dan “menginterogasinya” untuk mendapatkan informasi. Untuk itu, para periset mulai mengidentifikasi, misalnya, protein di permukaan sel-sel tumor yang bisa memberi isyarat bahwa ada suatu jenis kanker yang lebih agresif dan bertumbuh lebih cepat. Penanda-penanda protein lain bisa memberi petunjuk tentang suatu tumor yang berkembang lebih maju yang siap untuk melakukan metastasi: penjalaran dari satu bagian ke bagian lain dalam tubuh seorang penderita. Kedua macam penanda itu bisa menolong dokter merancang terapi yang bersifat lebih pribadi, terapi yang cocok, pengobatan yang cocok pada pasien yang cocok pada waktu yang cocok. Terapi macam ini memperbaiki efektivitas pengobatan, menurunkan ongkos pengobatan yang bisa tepat bisa meleset dan mengurangi efek sampingan yang toksik. Dengan tes baru ini, para dokter bisa melihat pada tumor untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada tingkat DNA, RNA dan protein. Dengan cara demikian, mereka bisa melihat ke dalam suatu tumor. Barangkali, daya tarik paling tinggi dari cara ini adalah kemudahan dan kesederhanaannya.
   Pada konperensi tadi, para periset dari AS, Inggris dan Belanda memberi suatu laporan tentang hasil diagnosis kanker berdasarkan darah tadi. Sesudah perawatan selama sebulan, pasien yang menderita kanker prostat dan usus besar stadium lanjutan dan sel-sel yang hitungan peredarannya lebih rendah bisa hidup rata-rata dua kali lebih lama dari mereka yang mempunyai stadium lebih tinggi. Memiliki lebih banyak sel dalam darah bisa menjadi suatu tanda bahwa obat yang diberikan tidak manjur dan karena itu perlu suatu perawatan kemoterapi yang berbeda. Diagnosis berdasarkan darah macam barangkali belum bisa mengalahkan kanker, tapi para dokter yang entusias dengan cara baru ini menyebutnya suatu “obat pamungkas.”

Sumber: TIME June 25-July 2, 2007 halaman 12, 32-33

BUDAYA PANGAN

Mata Rantai Makanan yang Menghubungkan Kita Semua
   Makanan lebih dari sekadar apa yang kita makan. Ia mengungkapkan siapa kita, cara hidup kita, dan dunia tempat kita tinggal.
   Dulu, makanan dibatasi oleh suatu kawasan geografis yang kecil dan ditentukan oleh produk dan tradisi di kawasan itu. Ketika terjadi perang, makanan diubah. Bangsa Arab menaklukkan bangsa Eropa dan membawa tebu bersama mereka. Orang China masuk ke Jepang dan memperkenalkan kacang kedelai ke dalam makanan orang Jepang. Makanan masuk juga melalui imigrasi. Orang Yahudi yang melarikan diri dari Portugal membawa serta cokelat ke Perancis bagian barat-daya. Budak-budak Afrika membawa penggorengan dan okra ke Karibia dan Selatan Amerika. Makanan masuk juga ke suatu negara melalui pengaruh raja atau ratunya. Untuk acara pernikahan kerajaan di Paris, Catherine de Medici tiba di Paris 1533 pada usia 14 tahun; dia membawa staf juru masaknya dari Italia. Dia membawa articok, sejenis sayuran, ke Perancis. Ketika raja Louis XVI dari Perancis menikah dengan Marie Antoinette dari Loraine, sauerkraut – kubis yang direndam dalam air garam lalu dimasak – menjadi populer di Paris.
   Masa kini, makanan menjadi komoditas global. Ia, misalnya, diperdagangkan melalui usaha-usaha wiralaba dan ramuan-ramuan eksotik yang tersebar dengan mudahnya melewati perbatasan antar-negara dan samudera. Tapi ini semua bukan suatu gejala modern. Masakan lokal selalu langka. Perdagangan rempah-rempah Asia, Afrika dan Amerika oleh orang-orang Eropa memperkenalkan ke dalam makanan orang Eropa jumlah berlebihan dari pala, bunga pala, jahe, lada hitam dan kayu manis. Biarawan Spanyol lalu menambah kayu manis pada cokelat untuk membuat makanan itu terasa eksotik. Perdagangan budak membawa sirop gula ke New England (AS) dan ikan kod asin ke Afrika Barat dan Kepulauan Karibia. Sementara orang Inggris di rumah mulai makan kari (dari India), Angkatan Laut Inggris memperkenalkan kornet bef ke Pasifik. Kepulauan Karibia yang mengalami suatu rentetan panjang dari migrasi dan penaklukan; karena itu, orang hampir tidak mungkin berbicara tentang makanan “lokal.” Bahkan China, terkenal karena masakannya, memakai bahan impor dalam menu tradisionalnya, seperti lada pedas yang diimpor orang Portugis dari kawasan Amerika.
   Masa kini perdagangan menjadi sangat cepat dan global. Akibatnya, kita bingung menentukan asal makanan itu atau kapan ia muncul pertama kali. Kita tidak bisa lagi tahu berada di mana atau pada bulan apa melalui makanan yang tersedia. Setiap hari sayur-sayuran organik dari Kalifornia, ikan turbot dari Perancis, ikan sardin dari Portugal,  tiram Selandia Baru dan durian Asia mendarat di bandara dunia. Lebih daripada sebelumnya dalam sejarah, kita ditawari pilihan yang sangat banyak dari makanan. Tapi dengan menyantap makanan yang mendunia seperti ini, kita barangkali mengorbankan kebudayaan pangan kita sendiri.
   Globalisasi tidak juga menimbulkan persamaan hak. Makanan tetap menunjukkan golongan masyarakat. Orang miskin masih tetap menyantap banyak sekali hidrat arang dan lemak, sementara orang kaya mendapat protein. Terbanglah dalam suatu penerbangan sipil komersial dan Anda menyaksikan  perbedaan antara hidangan pesawat terbang di kelas eksekutif dan ekonomi.
   Perbedaan ini dipertegas oleh industri pangan global yang kurang berpihak pada konsumen yang miskin. Restoran-restoran besar menyediakan makanan yang terlalu rumit buat kebanyakan orang untuk dipersiapkan di rumah. Makanan itu juga terlalu mahal. Golongan kaya menolak pertanian industrial karena jenis pertanian ini selalu dimaksudkan untuk produksi massal bagi orang miskin. Alih-alih bertujuan untuk mengakhiri kelaparan bagi orang miskin, pertanian industrial gagal mememuhi tujuannya.
   Orang kaya dianggap makan lebih baik. Maka media berita memusatkan perhatiannya pada siapa yang memasak untuk mereka. Timbullah sebagai akibatnya transformasi juru masak kelas buruh, pelayan orang kaya, menjadi koki yang terkenal. Mereka yang hidup mewah tidak lapar untuk makan, tapi mereka lapar untuk menjadi terkenal. Perlakuan bagaikan raja terhadap selera makan orang kaya di restoran berbintang tiga menetapkan arah makanannya. Selain itu, sejarah menunjukkan bahwa makanan hampir selalu berdampak pada kebudayaan dari orang miskin ke atas, bukan dari orang kaya ke bawah. Misalnya, juru masak tenar Perancis begitu kreatif sehingga mereka mengingkari fakta bahwa memasak makin berkurang pada keluarga rata-rata Perancis. Hampir tidak satu pun masakan keluarga rata-rata Perancis mirip apa pun dengan makanan di restoran. Makin sulit kita menemukan roti yang baik di Perancis karena sedikit orang ingin menjadi tukang roti. Ini bagi mereka suatu pekerjaan yang berat dengan bayaran yang rendah. Selain itu, kesulitan ini disebabkan pertanian industrial yang terus menekan penghasil bahan makanan yang berjumlah kecil tapi bermutu.
   Makanan industrial sudah ketinggalan zaman. Masa kini ada suatu pasar global untuk buah-buahan dan sayur-sayuran organik, daging burung yang hidup di alam bebas, dan tiram hasil budidaya bedeng mikro. Teknologi masuk. Makanan yang diubah secara genetik menawarkan banyak peluang, seperti tanaman pangan yang begitu tahan wabah sehingga tidak membutuhkan pestisida. Tapi beberapa orang menolak pestisida dan menyerukan pemakaian makanan organik sekarang. Mereka menyerukan suatu larangan terhadap makanan yang dimodifikasi secara genetik. Makanan jenis terakhir, menurut mereka, adalah makanan hasil olahan teknologi tinggi yang tidak bisa dipercaya. Makanan hasil olahan ini berasal dari perusahaan-perusahaan yang sama yang menghasilkan makanan industrial kita.
   Perubahan iklim mengubah juga makanan kita, terutama melalui dampaknya pada samudera, penyedia makanan yang besar itu. Air laut yang dulunya hangat sekarang kurang asin. Menurunnya kadar asin air laut disebabkan tidak hanya oleh perubahan iklim  tapi juga oleh pencemaran dan penangkapan ikan yang secara industrial destruktif. Akibatnya, persediaan makanan laut, menurut banyak ramalan, menakutkan. Seorang ahli biologi kelautan baru-baru ini meramalkan persediaan makanan laut ini hampir seluruhnya akan habis tahun 2048. Seorang ilmuwan lain melaporkan bahwa jumlah ikan besar di samudera sudah berkurang sebanyak 90% selama lebih dari 50 tahun terakhir. Suatu laporan FAO (Food and Agricultural Organization) dari PBB mengkleim bahwa 60% spesis ikan yang mereka teliti sudah dieksploitasi habis-habisan atau lenyap. Yang jelas ikan-ikan yang digemari banyak orang seperti ikan salmon dari Samudera Atlantik, ikan kod dan tuna tengah lenyap. Sebagai akibatnya, kita sekarang makan varietas ikan yang 40 tahun yang lalu kita anggap “ikan sampah.” Tidak bisa kita memastikan sekarang ketersediaan ikan di samudera. Ini suatu perkembangan yang mengarah tidak hanya pada suatu krisis bagi biologi tapi juga salah satu pergeseran luar biasa yang pernah disaksikan dalam konsumsi makanan.
   “Sejarah memikul beban yang luar biasa – abad kekaisaran, Revolusi Industri – yang memengaruhi kehidupan kita dan apa yang kita makan masa kini. Untuk memahami makanan dewasa ini, masa lampau harus diingat. Untuk alasan yang sama, kalau sejarahwan masa depan ingin menengok ke belakang pada kehidupan macam apa ada di awal abad ke-21 – revolusi teknologi dan informasi, berkat dan bahaya globalisasi, tantangan terhadap ketahanan hidup suatu planet yang sehat – mereka akan bertindak baik ketika melihat pada makanan kita. Perubahan dalam makanan selalu menjadi suatu fungsi perubahan dalam masyarakat. Kita adalah – dan akan selalu adalah – apa yang kita makan.”

0 komentar: