BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 25 Januari 2010

Volume 9: Bioenergi, Sains Biomedis, Informasi Genetik, Psikologi, dan Teknologi Informasi

Daftar Isi

  1. Ganggang Bermasalah sebagai Bahan Bakar Bio
  2. Mengenang Marshall Nirenberg, Bapa Kode Genetik
  3. Leluhur Manusia Terancam Punah Satu Juta Tahun yang Lalu
  4. Keuntungan Menguasai Dua Bahasa yang Berbeda
  5. Stres Bisa Berakibat Buruk dan Baik untuk Anda
  6. Gadget yang Berperan Sebagai Otak Penolong Dijital

BIOENERGI

Ganggang Bermasalah sebagai Bahan Bakar Bio

Menanam ganggang sebagai bahan bakar bio memberi dampak buruk terhadap lingkungan hidup dibanding memakai sumber-sumber bahan bakar bio lain seperti jagung, rumput makanan hewan, dan kanola (tanaman lobak). Demikian penilaian para periset ketika mereka memberikan penilaian terhadap siklus hidup pertumbuhan ganggang.

Minat pada bahan bakar bio hasil olahan ganggang sudah meningkat tahun 2009. Meningkatnya minat ini memicu investasi besar dari Perusahaan Exxon Mobil dan Perusahaan Kimia Dow, investasi utama yang sudah mendapat dukungan dari Gedung Putih, AS. Tapi industri yang baru muncul ini menghadapi rintangan-rintangan utama yang harus diatasi sebelum meningkatkan produksi.

Masalah ganggang sebagai bahan bakar bio tadi adalah hasil riset. Hasil ini diterbitkan dalam Environmental Science and Technology minggu ketiga Januari 2010.

algae-biofuel-growth-ponds-fertilizer_1

Ganggang sebagai bahan bakar bio potensial

(Kate Howell, “Is Algae Worse Than Corn for Biofuels?”, Scientific American Online, January 22, 2010)

SAINS BIOMEDIS

Mengenang Marshall Nirenberg, Bapa Kode Genetik

nirenberg1

Marshall Nirenberg

Marshall Warren Nirenberg (lahir 1927 di AS dan berdarah Yahudi) memenangkan Hadiah Nobel bidang Fisiologi atau Ilmu Kedokteran tahun 1968 bersama Robert W. Holey dan Har Gobin Khorana. Dia ikut meraih hadiah sangat bergengsi ini karena menguraikan kode genetik (dasar dari warisan hidup), suatu penemuan yang tidak sepopuler penemuan heliks ganda (struktur spiral ganda dari DNA ataudeoxyribonucleic acid, bahan yang meneruskan informasi genetik organisme) oleh James Watson dan Francis Crick.

Kode genetik mengacu pada urutan nukleotid, satuan struktural dari asam nukleik. Urutan ini mencakup adenin, tinin, guanin, dan sitosin (cytosine), disingkat sebagai A (adenin), C (cytosine), T (tinin), dan G (guanin). Urutan nukleotid berfungsi sebagai petunjuk untuk membuat asam amino, blok bangunan dasar dari hidup.

Tiga nukleotid membentuk sebuah “kodon”. Dibutuhkan tiga nukleotid atau sebuah kodon untuk membuat satu asam amino. Tapi tiga nukleotid yang mana dan untuk asam amino yang mana? Pada tahun 1961, Nirenberg bereksperimen dengan RNA (ribonucleic acid atau asam ribonukleik), asam nukleik dalam semua sel hidup, di mana urasil (suatu komponen RNA yang berpasangan dengan timin dan dilambangkan dengan huruf U) menggantikan peranan timin. Penggantian peranan ini memecahkan kode untuk asam amino fenilalamin – suatu asam amino esensial, terdapat dalam banyak protein dan diubah menjadi tirosin, suatu asam amino niresensial – oleh tubuh manusia. Nirenberg lalu menemukan UUU yang menjadi kata pertama dalam kamus kimiawi tentang hidup.

Menjelang 1966, Nirenberg yang mendapat bantuan sangat penting dari dua ilmuwan lain masing-masing bernama Holley dan Khorana mengidentifikasi susunan dan urutan dasar semua kode genetik dari 64 trinukleotid, suatu senyawa kimia yang terdiri dari tiga mononukleotid yang saling terkait. Karena prestasi ini, dia ikut meraih Hadiah Nobel 1968. Meskipun demikian, dia dijuluki Bapa Terlupakan dari Kode Genetik, sebagian karena dia seorang pemalu dan sebagian karena penemuan kode genetik dijelaskan dengan memakai bahasa yang sangat teknis dan rumit.

Marshall Warren Nirenberg meninggal dunia di Kota New York, AS, minggu kedua Januari 2010.

nirenberg

Marshall W. Nirenberg ketika masih muda

(Philip Yam, “Marshall Nirenberg, Forgotten Father of Genetic Codes, Dies” Scientific American Online, January 20, 2010 dan sumber-sumber lain)

INFORMASI GENETIK

Leluhur Manusia Terancam Punah Satu Juta Tahun yang Lalu

early-human-population-size-genetic-diversity_1

Leluhur purba manusia masa kini

Suatu penelitian yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences di AS yang  memakai analisis genomik (tentang perangkat kromosom) dari manusia modern menyingkapkan bahwa populasi leluhur kita satu juta tahun yang lalu kurang dari 20.000 orang, yaitu 18.500 orang. Ini hasil penelitian ilmuwan pada Universitas Utah di Kota Salt Lake di Amerika Serikat.

Para ilmuwan dari universitas ini mendasarkan sensus leluhur kita  pada suatu penafsiran genom (pelengkap informasi genetik yang diwarisi suatu organisme dari orang tuanya, terutama perangkat kromosom dan gen yang dibawanya) manusia modern. Mereka secara khusus menelusuri posisi unsur-unsur yang bisa diubah. Potongan-potongan kecil DNA pada dasarnya adalah parasit-parasit genomik. Selang beberapa waktu, parasit-parasit itu menyebar melalui genom kita; meskipun  mampu melompat dari satu tempat ke tempat lain, mereka jarang melakukan lompatan ini. Satu transposon (segmen DNA yang bergerak atau berpindah) muncul pertama kali sekitar sejuta tahun yang lalu. Dengan meneliti tempat adanya urutan itu sekarang, para ilmuwan memperoleh suatu pemahaman tentang ukuran populasi manusia yang berbiak waktu itu.

Perkiraan mereka tentang 18.500 orang menunjukkan bahwa jumlah leluhur kita cukup langka. Leluhur itu mencakup Homo erectus (leluhur yang sudah punah dari manusia modern dan hidup sekitar 1,5 juta tahun yang lalu), Homo ergaster, dan Homo sapiens (spesis manusia modern) yang menyebar ke Dunia Kuno (Afrika, Asia, dan Eropa sebelum Columbus mengadakan pelayaran perdananya ke Benua Amerika).

Jadi, sejuta tahun yang lalu, kita sebenarnya suatu spesis yang terancam punah. Kurang dari 20.000 bertahan hidup sesudah suatu peristiwa bencana memusnahkan hampir semua penduduk dunia waktu itu. Peristiwa itu adalah letusan gunung api super. Gunung api super itu berada jauh di bawah bumi di AS (Kalifornia dan Wyomong), Indonesia, dan Selandia Baru.

(Karen Hopkin, “1 Million Years B.C.: Humans Rare” Scientific American Online, January 21, 2010; Carina Starrs, “Endangered Species Humans Might Have Faced Extinction 1 Million Years Ago” Scientific American Online, January 20, 2010; dan sumber lain)

PSIKOLOGI

Keuntungan Menguasai Dua Bahasa yang Berbeda

Orang yang menguasai dua bahasa yang berbeda memroses kata-kata tertentu lebih cepat dari yang lain.

Kemampuan berbicara dalam suatu bahasa kedua (seperti bahasa Inggris) bukanlah satu-satunya hal yang membedakan mereka yang menguasai dua bahasa dengan rekannya yang menguasai satu bahasa. Selain itu, otak mereka juga bekerja secara berbeda. Riset sudah menunjukkan, misalnya, bahwa anak-anak yang menguasai dua bahasa lebih mudah memecahkan masalah-masalah yang melibatkan petunjuk-petunjuk yang menyesatkan. Suatu penelitian yang baru dan diterbitkan dalam Psychological
Science
menyingkapkan bahwa pengetahuan suatu bahasa kedua – bahkan bahasa yang dipelajari ketika seseorang sudah dewasa – memengaruhi cara orang membaca dalam bahasa induknya (seperti bahasa Indonesia untuk pengujar Indonesia). Penemuan-penemuan ini menunjukkan bahwa sesudah memelajari suatu bahasa kedua, orang tidak pernah memahami kata-kata dengan cara yang sama lagi.

Eva Van Assche, seorang ahli psikologi dwibahasa pada Universitas Ghent di Belgia, dan rekan-rekannya merekrut 45 mahasiswa pengujar asli bahasa Belanda dari universitas mereka. Para mahasiswa ini sudah belajar bahasa Inggris ketika berusia 14 atau 15 tahun. Para periset menanyakan peserta untuk membaca sekumpulan kalimat bahasa Belanda, beberapa di antaranya berisi kognat, kata-kata yang mirip dan punya arti yang sepadan dalam bahasa Belanda dan Inggris (seperti “sport” yang sama artinya dalam kedua bahasa ini). Mereka juga membaca kalimat-kalimat lain yang berisi hanya kata-kata nonkognat dalam bahasa Belanda.

Van Assche dan rekan-rekannya merekam gerak mata peserta ketika mereka membaca. Mereka menemukan bahwa mahasiswa yang diamati rata-rata memakai delapan milidetik untuk melihat sekilas kata-kata kognat lebih sedikit dari jumlah detik yang mereka pakai untuk membaca kalimat-kalimat yang dikonttrol peneliti. Ini menunjukkan bahwa otak peserta memroses kata-kata dwibahasa lebih cepat dari kata-kata yang ditemukan hanya dalam bahasa induknya.

“Implikasi paling penting dari penelitian ini adalah bahwa, bahkan ketika seseorang membaca dalam bahasa induknya, ada suatu pengaruh dari pengetahuan tentang bahasa kedua yang tidak dominan,” Van Assche mencatat. “Menjadi seorang pemakai dua bahasa mengubah salah satu ketrampilan otomatik seseorang.”

(Melinda Wenner, “The Neral Advantage of Speaking 2 Languages”, Scientific American Online, January 2010)

Stres Bisa Berakibat Buruk dan Baik untuk Anda

Stres bisa berakibat buruk tapi juga baik untuk Anda. Stres bisa berakibat buruk, terutama ketika Anda bereaksi padanya dengan kemarahan, depresi atau dengan menenggak lima gelas Scotch (nama sejenis minuman keras). Tapi dalam keadaan tertentu, sres bisa juga berakibat baik; ada stres yang sehat dan perlu untuk membuat Anda waspada dan sibuk. Kebanyakan orang berusaha sebaik-baiknya mengatasi stres yang kecil dan sedang.

Dalam psikologi, ada istilah “tanggapan terhadap stres”: reaksi hormonal tubuh terhadap ketidakpastian atau perubahan. Tanggapan terhadap stres berkembang untuk menolong kita bertahan hidup. Kalau kita belajar tentang cara mencegah stres menguasai hidup kita, tanggapan terhadap stres masih bisa menolong kita. Dalam jangka pendek, tanggapan terhadap stres bisa memberi kita tenaga; dalam jangka panjang, stres bisa mendorong kita melakukan pekerjaan kita yang kita sukai agar menjadi lebih baik. Sedikit stres yang bisa mempersiapkan kita untuk menghadapi stres yang lebih banyak kemudian hari, dan membuat kita tabah. Bahkan ketika menjadi ekstrim, stres bisa memiliki efek positif tertentu. Itulah sebabnya kita tidak hanya mengalami kekacauan stres pasca trauma tapi juga suatu gejala kejiwaan yang oleh beberapa ahli psikologi mulai disebut sebagai “pertumbuhan pasca trauma”. Secara khusus, stres bisa punya pengaruh yang baik pada beberapa orang.

Setiap orang menanggapi stres dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang paling kurang tabah dan ada yang sangat tabah menghadapi stres.

Orang yang paling kurang tabah adalah mereka yang sifatnya egosentrik atau memusatkan perhatian pada dirinya. Lebih besar peluang bagi mereka untuk merasakan stres secara pribadi. Dalam-dangkalnya perasaan mereka terhadap stres memengaruhi kemampuannya untuk tabah. Itulah sebabnya orang yang selamat dari bencana alam cenderung pulih lebih cepat dari mereka yang selamat dari serangan-serangan yang ditujukan secara pribadi pada mereka.

Sebaliknya, orang yang tabah terhadap stres mencari pertolongan pada orang-orang lain yang bisa mereka andalkan. Ini tidak berarti orang tabah tidak mengalami stres atau terlatih lebih baik untuk menangani stres yang mereka alami. (Mereka yang tabah punya peluang lebih besar dari orang lain untuk memelajari manajemen stres.) Orang yang tabah mengakui bahwa hal-hal buruk bisa terjadi pada orang baik; karena itu, mereka tidak kewalahan menghadapi stres ketika mereka mengalami kemunduran dalam hidupnya.

(Mary Carmichael, “Who Says Stress Is Bad for You?” Newsweek, February 26, 2009 halaman 45 dan 48)

TEKNOLOGI INFORMASI

Gadget yang Berperan sebagai Otak Penolong Dijital

NTT Docomo dan penyedia lain dari telepon seluler di Jepang berencana membuat suatu gadget (alat sederhana atau kecil) yang berperan sebagai otak suatu penolong dijital. Tujuannya adalah untuk menghubungkan GPS, akses Internet dan fungsi-fungsi lain dengan perangkat lunak yang pintar untuk menyampaikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan individual. Peran penolong dijital yang diberi otak ini persis seperti peran seseorang yang membantu orang lain. Docomo tengah mengembangkan teknologi yang mempertimbangkan informasi dari berbagai sumber – preferensi pengguna GPS dan data tentang pembelian, dialog dengan memakai feed Twitter, e-mail, log pribadi, dan seterusnya. Gagasan di balik pembuatan penolong dijital berotak ini adalah “suatu alat komunikasi informasi yang bisa dipindah-pindahkan dari satu tempat ke tempat lain yang bisa membaca akal budi seorang pengguna,” kata Kazuo Sato, direktur pada proyek Docomo.

docomo style01

Beberapa contoh gaya i-concier Docomo

Alat kecil itu akan menyediakan banyak sekali informasi pada telepon seluler yang pintar dengan suatu cara yang menghasilkan integrasi yang selaras dengan gaya hidup pengguna. Ketika Anda berjalan memasuki Ginza di Tokyo pada suatu hari Minggu siang untuk sedikit berbelanja, misalnya, agen perangkat lunak ponselmu yang sudah tahu tentang minatmu pada kaligrafi mengingatkan Anda pada suatu pameran kaligrafi yang tengah berlangsung sejauh beberapa blok bangunan dari tempat Anda ada sekarang.

Docomo melansir suatu asisten pribadi tahap awal dalam bulan November 2008. Penolong dijital yang punya otak itu diberi nama “i-concier”, singkatan dari kata “concierge”. Asisten ini memberi tanda-tanda atau isyarat-isyarat berdasarkan informasi tentang pengguna dan data dari lebih dari 200 penyedia data. I-concier bisa memberitahu Anda tentang kemacetan lalulintas kereta api bawah tanah, kecelakaan lalu-lintas dan gempa bumi, dan mengingatkan Anda tentang peristiwa-peristiwa komunitas lokal dan konser.

Sejauh ini, i-concier sudah diluncurkan dan menunjukkan suatu awal yang menjanjikan. Dalam waktu dua bulan, hampir setengah juta pelanggan sudah antre untuk membeli penolong dijital yang memakai suatu gadget sebagai otaknya.

(Akiko Kashiwogi, “The Digital Helper” Newsweek February 23, 2009 halaman 9)

Jumat, 15 Januari 2010

Volume 8: Kesehatan, Teknologi Informasi dan Robotika, dan Ekologi

DAFTAR ISI
  1.  Khitanan Menolong Mencegah HIV dan Infeksi Lain
  2. Menonton Televisi Bisa Memicu Penyakit Jantung
  3. Produk Plastik Bisa Menimbulkan Penyakit Jantung
  4. Swarm Intelligence Berpotensi Memperbaiki Teknologi Informasi dan Robotika
  5. Apakah Semua Hewan Mengeluarkan Suara yang Sama?
KESEHATAN

Khitanan Menolong Mencegah HIV dan Infeksi Lain
Penelitian mikrobioma pertama tentang penis memberikan petunjuk tentang mengapa khitanan menolong mencegah risiko infeksi HIV bagi lelaki yang disunat.

Organisasi Kesehatan Sedunia (suatu badan PBB) menyatakan tahun 2007 bahwa khitanan haruslah menjadi suatu bagian dari strategi apa pun untuk mencegah HIV pada lelaki. Anjuran organisasi ini berdasarkan tiga percobaan klinik secara acak di Afrika yang menghasilkan bukti riset yang kuat bahwa insiden HIV 60 persen lebih rendah pada lelaki yang dikhitan. Meskipun demikian, ada sedikit bukti yang menjelaskan bagaimana khitanan bisa mengurangi risiko seorang lelaki terkena HIV.

Cara ini kemudian diketahui melalui suatu penelitian yang baru, diterbitkan dalam majalah PLuS ONE ( 6 Januari 2010). Penelitian ini menemukan bahwa ada perubahan besar dalam mikrobioma penis sesudah khitanan. Ini menunjukkan bahwa suatu pergeseran tertentu dalam lingkungan bakteri berpengaruh terhadap besar-kecilnya perbedaan dalam infeksi HIV. Keluarga bakteri anerobik – bakteri yang tidak bisa hidup dalam lingkungan yang berisi oksigen – berlimpah-limpah sebelum khitanan tapi hampir lenyap sesudah prosedur ini. Para periset menduga bakteri anerobik menimbulkan peradangan pada kemaluan lelaki yang belum disunat.

(Carina Storrs, “Clean-Cut: Study Finds Circumcision Helps Prevent HIV and Other Infections”, Scientific American Online, January 13, 2010)

Menonton Televisi Bisa Memicu Penyakit Jantung
Suatu penelitian yang dimuat dalam Circulation, jurnal Perhimpunan Jantung Amerika Serikat, menemukan bahwa tingkat penyakit jantung kardiovaskuler naik bagi pemirsa TV  yang menonton televisi rata-rata setiap hari untuk jumlah waktu tertentu. Kenaikan tingkat penyakit jantung ini bahkan berlaku juga bagi mereka yang secara jasmani merasa dirinya sehat.

Setiap jam yang dilewatkan dengan duduk di sofa sambil menonton televisi tidak baik untuk jantung pemirsa. Para periset menelusuri kebiasaan dan kesehatan menonton televisi dari 9,000 orang dewasa di AS dan tiba pada kesimpulan mereka yang dimuat dalam jurnal tadi.

Bagi setiap jam  menonton televisi setiap hari, pemirsa menghadapi suatu risiko kematian karena penyakit jantung kardiovaskuler setinggi 18 persen. Mereka yang menonton TV selama empat jam atau lebih setiap hari punya peluang 80 persen mati karena penyakit jantung kardiovaskuler dibanding mereka yang menontonnya selama dua jam atau kurang dari itu setiap hari.

Risiko pemirsa terkena serangan jantung tidak saja mencakup perokok berat tapi juga vegetarian fanatik. Menonton televisi mengakibatkan mereka semua duduk bisa berjam-jam lamanya; rentang waktu tanpa aktivitas jasmani ini memengaruhi kadar gula darah dan lemaknya begitu rupa sehingga menimbulkan serangan jantung. Untunglah ada jalan ke luar dari ancaman ini: berolahraga.

(Adam Hinterthuer, “Turn On, Tune In, Drop Dead”, Scientific American Online January 13, 2010)

Produk Plastik Bisa Menimbulkan Penyakit Jantung
Bisfenol A disingkat BFA adalah suatu ramuan atau susunan kimiawi lazim dalam bahan-bahan untuk membuat plastik. BFA ditemukan dalam berbagai produk plastik, seperti poliester dan botol air mineral. Tapi konsentrasi yang lebih tinggi dari bisfenol A dalam berbagai produk plastik sudah dihubungkan, menurut suatu penelitian lanjutan, dengan penyakit jantung.

Kaitan antara penyakit jantung dan produk-produk dari plastik diteliti oleh suatu tim peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat pertama kali tahun 2008. Lembaga ini menganalisis hasil-hasil urine yang dikumpulkan dari 2,605 orang AS dari semua lapisan usia. Para perisetnya menemukan bahwa tingkat yang lebih tinggi dari bisfenol A dihubungkan dengan penyakit jantung koroner. Sekitar 10 persen dari lelaki berusia 60 tahun atau lebih berada pada urutan teratas ketiga penderita penyakit kardiovaskuler karena konsentrasi BPA dalam darahnya. Dibandingkan dengan mereka, sekitar 7 persen lelaki yang kurang lebih sama usianya menunjukkan konsentrasi BPA yang rendah. Perbedaan ini secara statistik signifikan. Ditemukan juga bahwa BPA tersimpan dalam jaringan lemak wanita dan anak-anak.

Apa mekanisme di balik kaitan antara konsentrasi yang lebih tinggi dari bisfenol A dan penyakit jantung tadi? Diduga jaringan lemak manusia yang terekspos dalam pembiakan bakteri terhadap BPA menunjukkan tingkat penurunan (karena tertekan) dari adiponektin, suatu hormon manusia yang dikeluarkan oleh sel-sel lemak yang mengendalikan kadar gula dalam darah.

Bisfenol A adalah suatu komponen kimiawi yang terdapat di mana-mana, termasuk dalam banyak bahan untuk membuat plastik. Bahan ini mencakup bentuk polikarbonat yang dipakai untuk membuat produk-produk seperti botol air, botol susu bayi, peralatan olahraga, alat-alat kedokteran dan perawatan gigi, dan lensa-lensa kacamata. Senyawa ini dipakai juga sebagai semacam damar pelapis bagian dalam kaleng-kaleng makanan dan minuman. Diduga manusia terekspos pada BFA melalui makanan dan minuman yang sudah tercemar oleh senyawa kimiawi ini dalam wadah-wadah atau bahan-bahan pelapis plastik. Senyawa ini bisa diketahui dalam urine manusia, sekalipun mereka puasa 24 jam. Akan tetapi, belum jelas berapa lama bisfenol A ada dalam tubuh manusia.

(David Biello, “Chemical in Many Consumer Plastics Linked to Heart Disease” Scientific American Online January 13, 2010)

TEKNOLOGI INFORMASI DAN ROBOTIKA

Swarm Intelligence Berpotensi Memperbaiki Teknologi Informasi dan Robotika
Dewan Riset Eropa memberi para periset di Belgia 2,9 juta dolar AS untuk meneliti lebih jauh potensi swarm intelligence demi memperbaiki teknologi informasi dan robotika. Kata Inggris “swarm” yang mengacu pada gerak serangga yang berkerumun seperti semut berarti “keriapan” (semut-semut) dalam bahasa Indonesia. Jadi, “swarm intelligence” secara longgar berarti “intelijens keriapan”; akan tetapi, frasa Inggris saja yang akan dipakai.

Swarm intelligence adalah suatu cabang kecerdasan artifisial atau buatan yang mencoba membuat komputer dan robot meniru perilaku yang sangat efisien dari kerumunan serangga seperti semut-semut atau lebah-lebah. Semut-semut, misalnya, memakai jejak-jejak feromon, senyawa kimiawi yang dihasilkan dan dikeluarkan semut,  untuk menandai rute yang mereka pakai untuk menemukan makanan. Jejak yang mereka makin lewati membentuk suatu akumulasi feromon yang menarik semut-semut yang baru sementara feromon yang mereka lepaskan di lintasan yang kurang mereka lewati akhirnya menguap.

Swarm intelligence berpotensi bagi pengembangan teknologi informasi dan robotika. Karena itu, Dewan Riset Eropa memberi 2,9 juta dolar AS kepada Marco Dorigo di Belgia untuk melanjutkan penelitian tentang sistem swarm intelligence. (Marco Dorigo asal Italia, seorang ahli teori dan teknologi swarm intelligence, adalah direktur riset Dana Belgia untuk Riset Sains dan wakil direktur laboratorium kecerdasan buatan Universitas Bebas Brussel, ibu kota Belgia.)

Sistem telepon masa kini sudah memakai suatu pendekatan yang serupa untuk mengalihkan percakapan telepon. Sistem ini memakai potongan informasi sebagai “feromon maya” yang memperkuat saluran percakapan telepon melewati kawasan-kawasan suatu jejaring yang kurang padat.

Dorigo yang sudah meneliti perilaku keriapan semut selama lebih dari satu dasawarsa akan memakai dana itu untuk mengembangkan suatu metodologi permesinan universal bagi rancangan dan pelaksanaan sistem swarm intelligence buatan. Dia percaya sistem ini akan dipakai di masa depan untuk memecahkan masalah-masalah rumit tertentu dalam bidang optimisasi, robotika, jejaring, dan penambangan data.

Diharapkan sistem swarm intelligence akan menyediakan suatu cara lain untuk merancang sistem-sistem dengan otonomi dan kemandirian yang lebih besar. Secara khusus, sistem ini diharapkan akan dipakai untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang dihadapi manusia, seperti mengalihkan arah jalan truk, menjadwalkan penerbangan atau menuntun robot militer.

(Larry Greenmeier, “Group Thinker: Researchers Get $2.9 Million to Further Develop Swarm Intelligence” Scientific American Online January 13, 2010)

EKOLOGI

Apakah Semua Hewan Mengeluarkan Suara yang Sama?
Suatu penelitian yang diterbitkan dalam Proceedings of the Royal Society mengatakan para periset menyesuaikan suara untuk tubuh dan tingkat metabolik hewan-hewan. Mereka menemukan suatu kemiripan yang mengherankan dari suara-suara panggilan di antara hewan-hewan.

Seekor ikan paus dan katak mengeluarkan bunyi yang sama. Para ilmuwan di Pusat Sains Kesehatan Universitas Florida, AS, sudah membandingkan suara panggilan 500 ekor hewan yang berbeda-beda, dari suara jangkrik ke suara buaya, dan dari suara burung unta ke suara simpanse. Mereka menemukan bahwa ciri-ciri dasar setiap teriakan hewan, seperti frekuensi dan durasi, bergantung pada metabolisme hewan-hewan ini. Di samping itu, teriakan mereka bergantung juga pada ukuran dan suhu tubuhnya. Ketika suara-suara panggilan disesuaikan untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan dalam ukuran dan suhu tubuh, para periset menemukan bahwa suara seekor ikan paus sangat mirip dengan suara seekor katak, dan sebaliknya.

Para periset menjelaskan bahwa ada suatu kaitan metabolik antara hewan-hewan itu. Pemakaian energinya memengaruhi saraf-saraf dan otot-ototnya untuk menghasilkan suara-suaranya.

(Karen Hopkin, “Do All Animals Sound the Same?” Scientific American Online January 14, 2010)

Selasa, 12 Januari 2010

Volume 7: Teknologi Informasi, Ilmu Politik, dan Energi

Daftar Isi
  1. Youtube dan Musik Klasikal Barat

  2. Mengenang Samuel P. Huntington, 1927-2008

  3. Rencana Memanfaatkan Energi Matahari di Sahara sebagai Tenaga Listrik di Eropa

TEKNOLOGI INFORMASI

Youtube dan Musik Klasikal Barat
Google yang membeli Youtube, situs web besar yang menyajikan video, pada tahun 2006 seharga 1.6 miliar dolar AS sudah mengubah distributor video utama ini tanpa menghilangkan daya tariknya untuk umum. Untuk itu, Google sudah membuat kesepakatan tertulis dengan Universal Music, BBC, BMG, CBS, dan Forum Ekonomi Sedunia. Kemudian, Google menambahkan musik klasikal pada Youtube sebagai suatu sarana untuk mempromosikan citranya sebagai suatu sarana belajar dan untuk meningkatkan kualitas audio musik yang disajikannya.

Salah satu portal Google berisi suatu proyek yang akan membawa musik klasikal Barat melalui Youtube pada suatu generasi penggemar yang baru. Proyek ini disebut “Youtube Symphony Orchestra”, suatu situs yang berpasangan dengan lembaga-lembaga musik klasikal sedunia yang paling dihargai. Proyek ini adalah semacam pertunjukan bakat sedunia.

Bagaimanakah proyek ini dilaksanakan Google? Musikus manca negara bisa mengunduh suatu partitur yang berisi karya Tan Dun, komponis China yang sangat dihormati, memelajari bagian komposisi itu yang sesuai dengan pilihannya dengan bantuan kelas-kelas utama lewat video yang diajarkan atau diperagakan musikus-musikus wahid dan mengunggah audisinya. Pemenangnya kemudian diterbangkan ke Carnegie Hall untuk menghadiri suatu pertemuan puncak Simfoni Youtube. Di sana, mereka mendapatkan pelajaran dari kondaktor tenar Michael Tilson Thomas dan latihan dari musikus-musikus kelas atas dari Filharmonik Berlin dan Orkes Simfoni London. Kemudian, mereka tampil sebagai orkes online pertama dalam suatu siaran konser di Youtube.

Apa pertimbangan di balik pemakaian Youtube sebagai suatu sarana promosi melalui musik klasikal? Ada beberapa.

Orkes Simfoni Youtube yang berpasangan dengan lembaga-lembaga musik klasikal tenar itu adalah suatu pilihan yang strategis. Musik klasikal memperoleh perubahan citra yang sangat dibutuhkan dan outlet distribusi; Youtube memperoleh reputasi dan teknologi. Demi perubahan citra musik klasikal, para ahli musik klasikal berupaya meningkatkan kualitas dijital dari musik klasikal dengan memakai teknologi surround-sound dan unduhan beresolusi tinggi.

Selain itu, musik klasikal Barat secara potensial adalah suatu pasar baru yang subur bagi musik online. Penjualan industri musik padanya umumnya merosot 15 persen tahun 2008, tapi penjualan musik klasikal malah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Penjualan album klasikal dijital di Amerika Serikat, misalnya, meningkat sebesar 47.7 persen tahun 2008. Ini sebesar 7 persen dari penjualan album total musik klasikal sebanyak 18 juta, naik sebesar 4,4 persen dibanding tahun 2007. Unggahan musik klasikal dalam format MP3 juga laku dan menarik audiens yang baru. Ralph Couzens, presiden direktur Chandor Records, mengakui peningkatan minat audiens pada musik klasikal ketika dia melansir untuk pertama situs web musik klasikalnya, www.theclassicalshop.net pada tahun 2005. Database pelanggannya meningkat dua kali selama kurang dari satu tahun. Suatu pasar yang baru terbuka baginya.

Kemudian, Youtube memakai promosi itu untuk meraih sukses dalam musik klasikal dan mempertinggi citranya sebagai suatu sarana pendidikan yang kuat. Platform video utama ini sudah berhasil menguasai suatu pangsa pasar dalam isi visual musik klasikal secara online. Situs ini sangat popular dengan pemirsa yang mencari rekaman-rekaman lama yang langka dari Shostakovich atau Maria Callas untuk ditonton online. Suatu pergelaran yang menggetarkan hati dari Simfoni No.5 Beethoven dengan Herbert von Karajan sebagai kondaktornya mencapai 2.4 juta pemirsa. Suatu permainan karya Beethoven yang lain, Für Elise, dengan memakai dua gitar listrik dan diposkan seorang Korea yang tidak dikenal, Zack Kim, ditonton 3.8 juta kali.

Sophie Grove, “A Song for the Web”, Newsweek January 12, 2009 halaman 7

ILMU POLITIK

Mengenang Samuel P. Huntington, 1927-2008
Banyak dari masalah-masalah dunia – seperti terorisme di Pakistan, wabah AIDS di Afrika, dan perompakan di Somalia – disebabkan atau dibuat menjadi lebih buruk oleh pemerintah-pemerintah yang tidak mampu menegakkan kewibawaan yang sesungguhnya atas tanah atau rakyatnya. Ini wawasan sentral dari Samuel P. Huntington, “ilmuwan politik terbesar dari paruhan kedua” abad ke-20, yang meninggal dunia pada malam Natal 2008.

Huntington paling terkenal ke seluruh dunia melalui bukunya, The Clash of Civilizations (yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia). Tapi reputasi ilmiahnya secara wajar bersumber pada karya awalnya. Karya ini berisi analisisnya tentang ketertiban politik dengan penerapan yang nyata di dunia.

Huntington juga mengamati suatu kecenderungan yang bermasalah. Terkadang, kemajuan menurut gaya Amerika Serikat – lebih banyak partisipasi politik atau pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat – sebenarnya menciptakan lebih banyak masalah daripada yang bisa dipecahkan. Kalau suatu negara memiliki lebih banyak orang yang secara ekonomi, politik dan sosial aktif namun kekurangan lembaga-lembaga politik yang efektif, seperti partai-partai politik, organisasi sipil atau pengadilan yang dipercaya, hasilnya adalah instabilitas yang lebih besar. Sebagian negara Dunia Ketiga sudah mengalami kecenderungan ini selama tiga dasawarsa terakhir. Pakistan, misalnya, yang penduduknya meningkat dari 68 juta orang pada tahun 1975 menjadi 165 juta orang tahun 2009 diurus oleh pemerintah yang terbukti kurang mampu menangani tugas-tugas mendasar dari pendidikan, keamanan dan kesejahteraan sosial.

Mereka yang tidak mampu menghadapi perubahan yang tidak memberi mereka ketenteraman sering berpegang teguh pada sumber rasa amannya yang paling tua dan paling bertahan lama: agama. Ini adalah pesan yang paling penting dari The Clash of Civilizations. Sementara orang lain merayakan kejatuhan komunisme dan munculnya globalisasi, Huntington melihat bahwa hilangnya ideologi sebagai suatu sumber identitas diisi oleh agama.

Samuel P. Huntington seorang mahasiswa yang brilian. Dia tamat Universitas Yale, AS, pada usia 18 tahun, kemudian menjadi dosen pada universitas ini.

Wawasan ilmunya luas. Bukunya yang pertama secara praktis menemukan bidang tentang hubungan sipil dan militer; bukunya yang terakhir tentang ilmu demografi dan kebudayaan.

Sebagai keturunan Anglo-Sakson, Huntington hidup berdasarkan prinsip-prinsip Anglo-Protestan yang dijunjungnya: kerja keras, kejujuran, fair play, keberanian, dan patriotisme.

Fareed Zakaria, “Sam Huntington, 1927-2008”, Newsweek January 12, 2oo9 halaman 9

ENERGI

Rencana Memanfaatkan Energi Matahari di Sahara sebagai Tenaga Listrik di Eropa
Bisakah energi matahari yang membakar Gurun Sahara di Afrika diubah suatu hari menjadi tenaga listrik untuk seluruh Eropa? Sahara, gurun terluas di dunia, sekitar dua kali luas Eropa bagian Barat. Tapi para politikus dan ahli ekonomi dari Eropa dan Timur Tengah mulai menaruh perhatian pada potensi Sahara untuk menyediakan tenaga listrik bagi Eropa selama berabad-abad mendatang. Mereka percaya potensi energi ini ada pada kawasan yang kosong dan kersang seluas 8.6 juta km persegi Gurun Sahara. Sebagian permukaan gurun ini mencapai suhu 450C pada kebanyakan waktu siang. Boleh dikatakan, bagian Gurun Sahara ini adalah suatu sumber penyimpanan alami raksasa dari energi matahari.

Berapa banyak energi yang disimpan Sahara? Diperkirakan suatu kawasan seluas 90.600 km persegi – sedikit lebih kecil dari Portugal dan sedikit di atas 1% area total negara ini – mampu menghasilkan jumlah daya listrik yang sama dengan yang dihasilkan gabungan semua pembangkit tenaga listrik di dunia. Suatu bidang yang lebih kecil seluas 15.500 km persegi – kira-kira seluas negara bagian Connecticut di AS – bisa menyediakan daya listrik untuk 500 juta penduduk di Eropa.

Suatu teknologi yang diperkirakan mampu mengubah panas dan sinar matahari Sahara menjadi tenaga listrik disebut concentrating solar power (CSP). CSP berbeda dengan papan solar. Papan solar mengubah sinar matahari secara langsung menjadi daya listrik. Tapi teknologi CSP memanfaatkan cermin untuk memusatkan sinar pada pipa-pipa air atau ketel uap untuk membangkitkan uap yang sangat panas. Uap ini lalu menjalankan turbin-turbin generator. Pembangkit tenaga listrik CSP berukuran kecil sudah menghasilkan tenaga listrik di Gurun Mojave negara bagian Kalifornia (AS) sejak 1980-an. Proyek Hutan Sahara mengusulkan supaya pembangkit tenaga listrik CSP dibangun di bawah permukaan laut (beberapa kawasan Sahara memiliki depresi macam itu) sehingga air laut bisa mengalir ke dalam pembangkit tenaga listrik itu dan dikondensasi menjadi air suling yang menggerakan turbin-turbin dan membasuh debu-debu dari cermin-cermin CSP. Air limbahnya akan dipakai untuk mengairi kawasan keliling stasiun pembangkit tenaga listrik itu dan menciptakan oasis-oasis yang subur. Karena rencana penyuburan inilah perusahaan ini memakai kata hutan pada namanya.

Akan tetapi, rencana ini diperkirakan membutuhkan biaya yang sangat tinggi. Diperkirakan sebesar 59 miliar dolar AS dibutuhkan untuk mulai menyalurkan sumber tenaga listrik dari Gurun Sahara ke Eropa pada tahun 2020. Kendala lain pada CSP adalah bahwa teknologi ini beroperasi dengan efisiensi maksimum hanya ketika iklim panas karena sinar matahari dan bahwa gurun pasir ini jauh dari pusat-pusat pemukiman penduduk. Di samping itu, kabel penyalur tenaga listrik jenis baru – disebut high-voltage direct-current (HVDC) – sepanjang lebih dari 19.300 km dibutuhkan untuk menyalurkan 20% kebutuhan listrik Eropa; kabel jenis baru ini akan menggantikan kabel listrik jenis lama yang sudah tua. Menggantikan kabel-kabel tua ini dengan jenis yang baru diperkirakan akan meningkatkan biaya membangun pembangkit tenaga listrik solar di Gurun Sahara yang kemudian menyalurkan jumlah daya listrik yang signifikan ke Eropa sebesar 465 miliar dolar AS selama lebih dari 40 tahun mendatang.

Biaya sebesar itu diharapkan bisa diperoleh dari subsidi pemerintah di Eropa. Ini gagasan yang sekarang tidak populer di Eropa karena kawasan ini tengah mengalami resesi ekonomi. Tampaknya, karena alasan inilah dukungan politikus Eropa terhadap rencana ini lamban.

Meskipun demikian, ada saja perusahaan-perusahaan yang sudah mulai melaksanakan rencana tadi. Misalnya, perusahaan teknik-mesin Seville, Abengoa, tengah membangun satu pembangkit tenaga listrik hibrid karena memakai campuran tenaga panas bumi dan panas matahari di Aljazair dan Maroko. Sementara itu, tenaga pembangkit listrik hibrid ketiga tengah dibangun oleh suatu perusahaan gabungan Spanyol-Jepang di Mesir.

Vivienne Walt, “SOLAR Out of Africa”, Time January 26, 2009 halaman 42-43

Minggu, 10 Januari 2010

Tukul Arwana Punya Kecerdasan untuk Sukses? (8)

III


SUCCCESSFUL INTELLIGENCE TUKUL ARWANA? (sambungan)

Menekuni profesi lawak
Kisah sukses Tukul menunjukkan bahwa dia tidak gampang menyerah pada tantangan hidup. Dia menunjukkan ketekunan demi meraih cita-citanya. Ketekunannya memang muncul sebagai rangkaian frustrasi dan kegagalan selama bertahun-tahun sebelum dia meraih sukses. Ketika dia menyadari besarnya tantangan hidup, krisis batin yang hampir membuyarkan cita-citanya, dan perlunya memiliki kesabaran, dia menunjukkan ketekunan.


Dia menyatakan untuk berhasil dalam kehidupan, orang harus mempunyai tidak hanya “ketekunan” tapi juga “kemauan yang kuat.” Kemauan yang kuat menghasilkan ketekunan. Suatu kekuatan batin lain yang dipelajari dan dimiliki Tukul adalah disiplin. Menurut saya, ketiga-tiganya menghasilkan suatu rangkaian hubungan sebab-akibat. Kemauan yang kuat menghasilkan disiplin dan kedua-duanya membentuk ketekunan. Ketekunan, menurut Tukul, bisa menghantar orang pada sukses asal mereka rela melakukan pekerjaan apa pun dan menunggu datangnya waktu yang tepat dari keberhasilannya. “Kalau menekuni pekerjaan apa pun,” katanya, “maka akan menghasilkan.” Selain itu, waktu untuk keberhasilan harus tepat; dalam kisah suksesnya, waktu untuk suksesnya 17 tahun. Dia secara religius atau afektif menyebut ketekunan sebagai “doa orang teraniaya” yang bisa mengubah kehidupan mereka. Katanya, “. . . doa orang teraniaya itu manjur.” Hasil ketekunan yaitu sukses dan ketenaran yang diraihnya disebut “kristalisasi butir keringat.”


“Orang yang secara sukses cerdas tahu kapan bertekun.”

Menerjemahkan impian ke dalam tindakan
Pikiran utama Tukul ketika masih miskin adalah menjadi sukses dan terkenal. Dia menerjemahkan pikiran utama ini melalui tindakan. Dia menempuh perjalanan hidup yang berat dan berliku-liku, dengan memakai berbagai macam siasat dan pedoman praktis yang dipelajarinya dari buku dan petuah orang lain, dan berhasil mencapai tujuannya dalam waktu 17 tahun.

“Orang yang secara sukses cerdas menerjemahkan pikirannya menjadi tindakan.”

Sukses membutuhkan proses yang panjang
Hasil dicapai melalui proses. Tukul pun menyadari hal ini. Dia melihat asas hidup ini sebagai bagian dari hidup. Hidup itu mengalir, katanya. Proses dan produk bagian dari dinamika hidup. Dalam kisah suksesnya, sukses itu hasil yang ingin diraihnya. Bagaimana orang mencapai produk (sukses) ini? Dia menjawab bahwa sukses itu proses, bisa panjang dan berliku, berisi tantangan yang berat. Baginya, cara cepat atau langsung untuk menjadi sukses tidak ada. Dengan kata lain, dia tidak percaya – karena tidak mengalami – bahwa produk (sukses) bisa diraih melalui proses yang pendek (cara cepat atau langsung).

“Orang yang secara sukses cerdas mempunyai orientasi pada hasil.”

Mengatasi kegagalan dan kekecewaan

Waktu Tukul menginjakkan kaki pertama kali di Jakarta 1985, dia sudah mempunyai impian mau jadi apa dia nanti: orang sukses dan terkenal. Tapi dia tidak memiliki gambaran yang jelas tentang apakah kehidupan sehari-harinya akan baik dan buruk. Kisah selanjutnya menunjukkan betapa ketidakpastian ini mengakibatkan dia mengalami kegetiran hidup, berbagai kegagalan dalam meraih cita-citanya dan kekecewaan yang dalam yang dialaminya. Tapi dia mampu mengatasi semua kegagalan dan kekecewaan itu dengan kesabaran dan ketekunan dan akhirnya mencapai impiannya.

“Orang yang secara sukses cerdas tidak takut menghadapi risiko kegagalan.”


Berbagi ilmu dengan orang lain
Sesudah menjadi OKB, dia pun menerjemahkan pikiran lain menjadi tindakan. Dari pengalaman hidupnya dengan Joko Dewo dan Tony, dia datang pada kesimpulan bahwa hidup itu berbagi kepedulian dengan orang lain. Sesudah menjadi OKB, kesadarannya yang dalam tentang makna solidaritas ini tetap hidup. Tentang hakekat hidup ini, dia berkata: “Untuk menjadi besar harus mau membesarkan orang lain. Dengan demikian, Anda akan menjadi besar. Jangan sebaliknya, untuk menjadi besar malah dengan cara mengecilkan orang lain.” Dia tidak asal berbicara saja; dia bertindak. Dia lalu membuka Posko Ojo Lali di rumahnya. Dia menampung di situ kawan-kawan seniman yang mempunyai potensi untuk berhasil, untuk mencapai sukses dan ketenaran melalui kreativitas, diberi kesempatan untuk berproses agar mandiri. Untuk menolong mereka bertahan hidup di Jakarta, dia membelikan untuk mereka sejumlah sepeda motor yang bisa mereka pakai untuk ngojek atau untuk kebutuhan lain.

Untuk memberi mereka peluang untuk berhasil melalui kreativitas, Tukul menempuh beberapa cara. Dia ngobrol dengan mereka, layaknya seorang kakak kepada adik, tentang kiat-kiatnya dan kiat-kiat atau tip-tip lain tentang sukses.

Dia melihat tindakan berbagi ilmu sebagai bagian dari keberhasilannya sendiri. “Kalau kamu memudahkan pintu rezeki orang lain maka rezekimu akan dimudahkan,” katanya.

“Orang yang secara sukses cerdas mencari untuk dirinya dan orang lain tugas-tugas yang memberi peluang kreativitas.”

Mencari dan menjadi panutan
Kisah sukses Tukul menunjukkan bahwa dia mencari panutan melalui buku-buku yang dibacanya dan pada artis-artis lawak tenar, seperti Tarzan dari Srimulat. Sesudah dia sendiri menjadi tenar, dia menjadi panutan bagi kawan-kawannya yang ingin juga menjadi seniman yang berhasil seperti dia di Jakarta.

“Orang yang secara sukses cerdas secara aktif mencari, dan kemudian menjadi, panutan
(role models).”

Menjadi pembentuk tren
Dalam kasus Tukul, dia tidak menentang publik dalam arti berdemonstrasi atau berkelahi melawan mereka atau mengkritik mereka. Dia menjadi pembentuk tren melalui peluang yang membuka pintu kesuksesan luar biasa baginya. Peluang itu adalah keterlibatannya dalam acara Empat Mata.

Acara ini membalikkan semua konsep pertelevisian di Indonesia. Sebelum Tukul menjadi host acara ini, pembawa acara talk show sebelumnya tampan atau cantik dan cerdas. Tukul membalikkan semua persyaratan ini. Dia tidak ganteng, pertanyaannya dibantu sebuah laptop yang dikendalikan tim Empat Mata, dan kata-katanya yang jujur dan cerdas memancing tawa pemirsa. Suatu cap lain yang mengakibatkan dia menjadi seorang pembentuk tren adalah gaya beraksinya di panggung. Ini khas dirinya dan dimiliki sedikit pelawak lain. “Hampir semua gerakannya memiliki arti dan makna,” Ahmad Bahar menambahkan. Dia memperkuat posisinya sebagai pembentuk tren juga dengan kemampuannya menciptakan 29 kosakata informal – kata, frasa, singkatan, atau kalimat bahasa Indonesia, Inggris, dan Jawa karangannya sendiri – yang jadi populer di kalangan pemirsa. Ahmad Bahar melampirkan kosakata ini di akhir bukunya dengan judul “Ensiklopedia Tukul”, semacam leksikon atau kamus prokem Tukul. Barangkali, ini untuk pertama kalinya seorang pelawak Indonesia mampu memperkaya bahasa Indonesia melalui sumbangan kosakata Indonesia khasnya.

“Orang yang secara sukses cerdas membeli dengan harga yang rendah dan menjual dengan harga yang tinggi. Mereka menentang publik dan, akhirnya, mampu memimpinnya.”

Memakai kecerdasan analitik, kreatif, dan praktis
Kiat-kiat dan tip-tip suksesnya menunjukkan sisi analitik dari kecerdasannya untuk sukses. Sebagian petuah atau kiat untuk sukses berdasarkan analisis Tukul tentang pengalaman hidupnya di masa lampau sudah diberikan melalui kutipan kata-katanya sendiri. Dia juga mempunyai tip-tip tentang sukses. Ini membentuk pengetahuan praktis, pengetahuan tentang tahu-bagaimana (know-how), yang dengan rela hati dia bagi dengan teman-teman calon seniman yang ditampungnya di Posko Ojo Lali. Dengan gaya ngobrol, Tukul mengajarkan kepada mereka cara memperkenalkan diri, mempertahankan kesuksesan, bergaul dengan orang, dan hal-hal lain yang bisa dijadikan bekal untuk sukses.

Sisi kreatifnya bisa dilihat dari kemampuannya melawak dan menjadi host di televisi. Dia mampu berimprovisasi dan menciptakan suasana komikal atau menggelikan yang membuat pemirsa tertawa.

Sisi praktisnya diketahui dari kiat-kiat atau siasat-siasat dan tip-tip, petunjuk-petunjuk praktis, yang disebutkan dalam buku tentang riwayat hidupnya. Semuanya praktis dan mencerminkan kearifan yang dia peroleh dari pengalaman hidupnya, termasuk dari kegemarannya membaca buku dan mendengarkan nasihat orang lain.. Dengan kata lain, dia menerjemahkan gagasan-gagasan tentang sukses berdasarkan pengalaman hidupnya menjadi operasional.

Tapi saya belum bisa memastikan apakah Tukul memberi perimbangan yang baik pada ketiga aspek kecerdasan untuk sukses ini. Penelitian lebih jauh bisa memberi kepastian ini.

“Orang yang secara sukses cerdas menjaga perimbangan antara pemikiran analitik, kreatif, dan praktis.”

Jenis Kecerdasan Lain

Semua asas dan ciri kecerdasan untuk sukses – termasuk kecerdasan analitik, kreatif, dan praktis – masih belum mencakup beberapa segi dari kecerdasan Tukul. Dia sering menyiratkan afeksi dan nilai-nilai dasar sebagai faktor-faktor lain yang ikut membuatnya sukses dan terkenal.

Prof. Robert J. Sternberg tidak secara khusus memasukkannya ke dalam asas-asas dan ciri-ciri kecerdasan untuk sukses. Tapi dia memberikan info tentang kecerdasan yang terikat kepada kebudayaan. Kecerdasan dengan orientasi macam ini bisa menampung afeksi dan nilai-nilai dasar yang disebutkan tadi. Kemungkinan lain adalah dengan menampung afeksi dan nilai-nilai dasar tadi dalam konsep kecerdasan emosional atau spiritual.

Afeksi di balik kesuksesan Tukul
Dalam tip-tip suksesnya, Tukul menyebutkan kebaikan hati, rasa syukur pada hasil jerih-payah, dan kerendahan hati sebagai landasan afektif dari keberhasilan seseorang dalam kehidupannya. Karena menyadari dirinya tidak tampan, dia lebih banyak mengandalkan sifat-sifat baik dalam dirinya untuk sukses. Terhadap mereka yang menilainya jelek dari luar dan mengabaikan keindahan dari dalam dirinya, Tukul membalas: “Jelek luarnya, tapi di dalamnya wouw, my heart is good.” Sifat-sifat baik apakah yang dia andalkan untuk sukses? Ketekunan, kerja keras, kejujuran, pantang menyerah, berbaik sangka pada orang, tabah, sabar, berbuat baik kepada semua orang, hidup sederhana, tidak merugikan orang lain, dan lain-lain. Kemudian, rasa syukur pada hasil jerih-payahnya artinya menerima dengan rasa terima kasih “rezeki” yang diterimanya. Katanya: “Rezeki nggak boleh ditolak. Kalau kamu nolak rezeki, rezeki ngomong dengan bahasa rezeki. Biar rezeki lain juga nolak kamu.” Akhirnya, kerendahan hati Tukul menunjukkan bahwa dia menyadari kesementaraan sukses dan ketenarannya dan kekurangan yang ada pada dirinya. “Harta, kekayaan, popularitas itu hanya titipan,” dia menjelaskan. “Tidak ada yang perlu dibanggakan.” Dia juga rendah hati karena dia sendiri tidak bisa membanggakan dirinya yang tidak ganteng.

Ke jenis kecerdasan manakah afeksi Tukul ini bisa dimasukkan? Suatu kemungkinan adalah memasukkannya ke dalam kecerdasan emosional yang dikembangkan Daniel Goleman dalam bukunya yang terkenal, Emotional Intelligence. Buku ini berisi penyelidikan tentang komponen emosional dari kecerdasan, yaitu, tentang bagaimana perasaan memengaruhi pikiran dan bagaimana menanganinya.

Konsep nzelu

Bisa juga afeksi yang diungkapkan Tukul tadi menyiratkan suatu konsep budaya, khususnya nilai-nilai budaya yang dihormati umum, dari kecerdasan. Nilai-nilai budaya ini bisa bersumber pada agama Islam yang dianut Tukul atau pada sumber-sumber lain di luar agamanya. Mengingat Tukul seorang Jawa, ada kemungkinan afeksi yang ditunjukkannya ikut dipengaruhi afeksi khas orang Jawa, seperti yang bisa kita amati dari tata krama orang Jawa.

Seperti yang sudah dikatakan, salah satu tema umum dari kecerdasan adalah bahwa kecerdasan suatu bangsa atau komunitas seperti suatu kelompok etnik terikat pada kebudayaannya. “Bahasa, warisan turun-temurun, kebutuhan, dan kepercayaan suatu masyarakat bergabung untuk membentuk suatu pemahaman tentang kecerdasan yang cocok secara budaya,” Prof. Robert J. Sternberg menjelaskan.

Dia memberi suatu contoh yang sangat menarik dan relevan dengan tema umum ini ketika dia membahas konsep nzelu dari suku Chi-Chewas di Zambia, suatu negara di Afrika. Meski konsep ini mirip dengan konsep kecerdasan Barat, ia berbeda dalam banyak cara yang penting dengan konsep kecerdasan Barat. Konsep kecerdasan Barat berkiblat pada kecerdasan kognitif sementara konsep nzelu tampaknya mencakup “dimensi kearifan, kepintaran, dan tanggung jawab dalam konteks budaya Zambia.” Jadi, anak-anak Zambia, dibanding anak-anak Barat, belajar untuk menghargai konsep kecerdasan yang lebih luas dan diperkirakan akan menunjukkan jangkauan perilaku yang lebih luas yang bisa disebut kecerdasan dalam kebudayaannya.

Sternberg mengatakan nzelu mencakup beliefs – kepercayaan – tapi tidak menyebut religion – agama. Istilah pertama bisa berarti sesuatu yang kita percayai, terutama sebagai bagian dari agama kita. Kata kedua umumnya berarti kepercayaan akan adanya tuhan atau dewa-dewi, dan kegiatan yang berhubungan dengan penyembahannya. Ia juga bisa berarti suatu sistem iman yang didasarkan pada kepercayaan akan adanya tuhan atau dewa-dewi khusus. Dalam arti ini, iman bagian dari kepercayaan khusus. Dalam agama-agama monoteistik, tuhan itu ditulis dengan huruf t besar: Tuhan. Jadi, kepercayaan menurut pemahaman tadi bisa menjadi bagian dari agama.

Kalau secara longgar kepercayaan kita sebut sebagai agama, maka nilai-nilai religius menyiratkan kepercayaan dalam konsep nzelu. Nilai-nilai ini melandasai kecerdasan spiritual.

Dalam hubungan ini, afeksi Tukul yang bisa saja dibentuk oleh nilai-nilai religius dan nilai-nilai budaya Jawa memperluas pemahaman kita tentang kecerdasan. Tukul tidak saja memiliki kecerdasan untuk sukses; dia juga memiliki kecerdasan yang lebih luas – kecerdasan yang terikat kepada kebudayaan bangsa Indonesia, khususnya kelompok etnik Jawa, terutama penganut Muslim.

Tema umum tentang kecerdasan yang terikat pada kebudayaan suatu bangsa atau komunitas, seperti yang diperjelas melalui konsep nzelu, bisa menjelaskan tip-tip sukses lain dari Tukul. Tip-tip ini mengacu pada nilai-nilai religius sebagai pedoman praktis untuk meraih sukses. Nilai-nilai itu adalah kerja keras dan jujur, sikap menghargai orang lain, dan kualitas ibadah. Tampaknya, pengalaman hidupnya sebelum menjadi OKB menuntunnya dengan satu dan lain cara menemukan nilai-nilai religius sebagai sumber kearifannya untuk meraih sukses dan ketenaran. Kalau memang demikian, Tukul menunjukkan bahwa konsep kecerdasan yang terikat pada kebudayaan suatu bangsa atau komunitas bukan saja benar melainkan juga memperluas konsep kecerdasan itu sendiri.

Apa Kecerdasan Tukul Riyanto Renaldy Arwana?

Sejauh yang kita pahami tentang kecerdasannya, Tukul memiliki kecerdasan yang baik. Sebagian dari kecerdasannya, menurut kleim beberapa orang, bersifat kognitif. Sesuai dengan tujuan tulisan ini, dia juga mempunyai – sampai batas tertentu – kecerdasan untuk sukses. Sebagian asas dan ciri-ciri kecerdasan untuk sukses bisa ditemukan pada kecerdasannya. Selain itu, dia diperkirakan mempunyai kecerdasan emosional dan spiritual. Dalam tema umum tentang kecerdasan yang terikat pada kebudayaan, dia juga menunjukkan kecerdasan jenis ini. Jadi, konsep kecerdasan yang lebih luas dari IQ dan kecerdasan untuk sukses bisa ditemukan dalam kisah sukses Tukul.


Kecerdasan yang lebih luas dari sekadar kecerdasan utntuk sukses karena menyiratkan juga nilai-nilai bukan hal baru. Albert Einstein, ilmuwan jenius abad ke-20 itu pun, malah tidak sepakat kalau kecerdasan dibatasi saja pada sukses. Majalah Life (terbitan di Amerika Serikat) 2 Mei 1955 mengutip kata-kata bijaknya kepada generasi muda AS: “Try not to become a man of success, but rather try to become a man of values (Janganlah mencoba menjadi seseorang yang memiliki sukses, tetapi lebih dari itu cobalah menjadi seseorang yang memiliki nilai-nilai).” Kecerdasan Tukul Arwana sudah mencakup tidak saja sukses tapi juga nilai-nilai.

Tukul Arwana Punya Kecerdasan untuk Sukses? (7)

III

SUCCCESSFUL INTELLIGENCE TUKUL ARWANA?

Dalam bagian terakhir dari kisah sukses Tukul Arwana, saya akan membandingkan berbagai siasat atau kiat dan tip kesuksesan Tukul – tersurat dan tersirat – dengan asas-asas dan ciri-ciri terkait dari kecerdasan untuk sukses Sternberg. Apakah kisah sukses pelawak dan presenter ini cocok atau tidak cocok dengan, kurang, atau malah lebih dari asas-asas dan ciri-ciri kecerdasan untuk sukses dari Sternberg?

Sebelumnya, kita perlu tahu apa itu kecerdasan. Apa itu kecerdasan untuk aukses? Definisinya, menurut Robert J. Sternberg, akan membatasi pembicaraan kita.

Sebenarnya, kita bisa mengetahui kecerdasan untuk sukses Tukul kalau dia diuji melalui tes kecerdasan untuk sukses. Hasilnya akan ketahuan.

Akan tetapi, gagasan ini mungkin tidak gampang dilaksanakan. Bahan tesnya mungkin belum ada di Indonesia. Kalaupun ada, kita belum tahu apakah Tukul mau mengikuti tes macam ini.

Karena itu, kita bisa memahami dia sejauh ini melalui perbandingan tadi. Mudah-mudahan perbandingan ini cukup mewakili kecerdasan untuk sukses dan kecerdasan jenis lain, kalau ada, dari Tukul.

Kecerdasan dan Kecerdasan untuk Sukses

Belum ada kesepakatan para pakar psikologi masa kini tentang teori kecerdasan. Tapi mereka sepakat tentang empat tema umum kecerdasan.

Apa keempat tema umum itu? Pertama, kecerdasan adalah kemampuan untuk belajar dari pengalaman. Ini berarti orang pintar sekalipun bisa dan memang membuat kesalahan. Tapi mereka belajar dari kesalahan dan tidak mengulanginya lagi. Kedua, kecerdasan adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan hidup di sekitarnya. Artinya, orang pintar sekalipun melangkah lebih jauh dari sekadar mendapat nilai bagus dalam tes atau angka rapor yang bagus di sekolah. Mereka juga mempunyai pengetahuan praktis tentang cara menangani suatu pekerjaan, bagaimana bergaul dengan orang lain, dan bagaimana mengelola kehidupannya dengan baik. Ketiga, kecerdasan adalah kemampuan metakognisi. Orang yang memiliki kecerdasan metakognitif mampu menunjukkan pemahaman dan pengendalian proses berpikirnya, seperti pemecahan masalah, penalaran, dan pengambilan keputusan. Keempat, kecerdasan terikat pada kebudayaan (culture-bound) suatu bangsa atau komunitas. Riset sudah menunjukkan kebudayaan yang berbeda mempunyai pemahaman yang berbeda tentang kecerdasan. Apa yang dipandang cerdas dalam satu kebudayaan bisa dipandang bodoh dalam kebudayaan lain, dan sebaliknya.

Lalu, apa itu kecerdasan untuk sukses, menurut Prof. Robert J. Sternberg? Itulah “jenis kecerdasan yang dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan penting.” Dia menjelaskan: “Orang yang berhasil, entah melalui standarnya atau entah melalui standar orang lain, adalah mereka yang sudah berhasil mencapai, mengembangkan, dan menerapkan suatu jangkauan lengkap dari ketrampilan intelektual lebih banyak dari hanya mengandalkan kecerdasan takgiat yang dinilai tinggi oleh sekolah. Individu-individu ini berpeluang atau tidak berpeluang lulus ujian-ujian konvensional, tapi mereka memiliki satu persamaan yang jauh lebih penting dari skor tes yang tinggi. Mereka mengenal kekuatannya, mereka mengenal kelemahannya. Mereka menggunakan kekuatannya; mereka mengimbangi atau membetulkan kesalahannya.”

Sternberg selanjutnya merinci tiga sisi kecerdasan untuk sukses. Seseorang disebut memiliki kecerdasan untuk sukses kalau dia berpikir dengan baik dengan tiga cara yang berbeda: analitik, kreatif, dan praktis. Ketiga sisi kecerdasan untuk sukses ini saling berkaitan dan harus dipakai secara berimbang.

“Kecerdasan untuk sukses paling efektif ketika ia mengimbangi ketiga aspek analitik, kreatif, dan praktisnya. Lebih penting untuk tahu kapan dan bagaimana menggunakan ketiga segi kecerdasan untuk sukses ini daripada hanya memilikinya. Orang yang secara sukses cerdas tidak hanya memiliki kemampuan tetapi juga memikirkan kapan dan bagaimana menggunakan kemampuan ini secara efektif.”

Dalam batas pagar-pagar kecerdasan dan kecerdasan untuk sukses tadi, kita akan mencoba menjawab pertanyaan yang sebagian ada pada judul bagian blog ini. Apa benar Tukul Arwana mempunyai kecerdasan untuk sukses?

Secara konsisten fokus pada impiannya

Tujuan Tukul ke Jakarta 1985 sudah diketahui sebelum dia berangkat dari Semarang. Dia ingin menjadi orang yang sukses dan terkenal. Keinginan ini adalah impiannya, cita-citanya.

Dia menyadari impiannya dan harapan akan meraihnya suatu waktu. “Hidup itu penuh mimpi,” katanya sesudah sukses, “siapa tahu suatu saat bisa kesampaian.”

Untuk mewujudkan cita-citanya, dia konsisten dengan fokusnya pada upaya untuk menggapai cita-citanya. Siasat atau kiat apakah yang dia pakai supaya tidak melenceng dari fokus dan sikap konsistennya ini? Dia berusaha fokus pada bidang lawak yang diimpikannya supaya bisa hidup di Jakarta. Tapi sewaktu-waktu ketika kesulitan hidup yang berat – seperti masalah makan-minum, pengeluaran harian untuk berbagai keperluan, dan ketidakpastian yang lama dalam menunggu datangnya job – membutuhkan pemecahan, Tukul “banting setir” dari bidang lawak, “hanya untuk menyambung hidup.” Sesudah masalah-masalah ini dipecahkan, dia kembali lagi ke bidang lawak.

Di awal perjuangan hidupnya untuk meraih cita-citanya, dia menghadapi banyak hambatan, di Semarang dan Jakarta. Di Semarang, dia orang miskin yang harus berjuang keras untuk bertahan hidup, termasuk menyelesaikan pendidikannya di SMA. Di awal kisah perjuangannya untuk menjadi sukses dan terkenal di Jakarta, dia mengalami ketidakpastian hidup yang besar, yang sering hampir saja membuyarkan impiannya. Hambatan-hambatan itu adalah masalah-masalah yang harus dia pecahkan.

“Orang yang secara sukses cerdas fokus dan memusatkan perhatian untuk mencapai tujuan-tujuannya”.

Memanfaatkan kekuatan dalam kelemahan/kekurangannya

Apa kemampuan atau potensi yang dimiliki Tukul? Dia sejak kecil diketahui mempunyai bakat melawak dan sebelum pindah ke Jakarta sudah tampil melawak berkali-kali di Semarang dan dalam lomba lawak tingkat propinsi Jawa Tengah. Riwayat hidupnya di Semarang dan Jakarta menunjukkan bagaimana dia berjuang memanfaatkan kemampuan ini sebaik-baiknya demi meraih impiannya: menjadi sukses dan terkenal. Menurut tuturan Tukul kepada Ahmad Bahar, dia menyadari pilihannya menjadi pelawak adalah profesi yang “paling cocok dibanding profesi lainnya.” Kegiatan melawak baginya dipandangnya sebagai sarana mengaktualisasi diri demi kepuasan batinnya.

Dia menyadari kelemahan atau kekurangan pada dirinya. Tapi dia memandang kelemahan ini justru sebagai kekuatannya. Tukul berkali-kali mengakui bahwa dirinya tidak ganteng dan masalah yang timbul dari penampilan seperti ini dalam mencari calon isteri. Sebagian dari kegagalannya mencari pacar bukan dari wajahnya yang ndeso tapi dari misteri cinta itu sendiri. “Cinta itu misteri,” tegasnya. Bagian lain dari kegagalannya memang dari wajahnya yang tidak ganteng. Dengan nada berkelakar, dia bilang, “Dari lima orang [wanita] yang pernah saya taksir [ sepuluh] orang menolak! Iya, karena wajah saya tidak ganteng.” Barangkali, yang dia maksudkan dengan sepuluh orang itu adalah kelima gadis itu ditambah salah satu orang tua mereka: ayah atau ibu.

Dia selanjutnya menyadari bahwa untuk menjadi orang sukses dan terkenal melalui dunia hiburan, dia seharusnya mengikuti selera pemirsa/penonton. Mereka lebih cenderung menyukai artis atau pelawak yang ganteng dan cerdas, termasuk pintar berbahasa Inggris. Tukul tidak memiliki apa yang dicari pemirsa/penonton. Dia juga dipandang wong ndeso yang lugu, culun (istilah Tukul sendiri untuk orang yang mirip orang desa yang cenderung lugu dan tidak berpendidikan), dan tidak mahir berbahasa Inggris. Tapi dia berhasil membalikkan tren dan menjadikannya salah seorang artis/pelawak tenar masa kini. Sesudah sukses, dia berpikir reflektif tentang rahasia “kekuatan dalam kelemahan” ini dan mengatakan, “Kelemahan yang ada di dalam diri saya, saya nikmati saja dan justru itu menjadi berkah bagi saya.” Ahmad Bahar menambahkan, “Justru dengan keluguan, sikapnya yang culun, wajah ala kadarnya, dan kemampuan bahasa Inggris yang belepotan, membuat Tukul memiliki daya jual sendiri dalam industri hiburan.”

Dari potongan kisah suksesnya tadi, kita tahu Tukul menerapkan ciri kecerdasan untuk sukses tadi. Dia memanfaatkan kemampuannya, kekuatan dalam kelemahannya, sebaik-baiknya.

“Orang yang secara sukses cerdas tahu bagaimana memanfaatkan kemampuannya sebaik-baiknya.”

Dimotivasi dari luar dan dalam

Tukul dimotivasi dari luar dan dalam dirinya. Lingkungan hidupnya berperan besar dalam membentuk motivasinya. Lingkungannya adalah keluarga miskin, kesulitan hidup sejak orang tua angkatnya jatuh miskin, lingkungan pendidikan resmi setingkat SMU, lingkungan pekerjaan serabutan di Semarang dan Jakarta di luar dunia lawak. Masalah hidup dari luar ini memengaruhi kondisi jiwanya dan memberinya dorongan untuk berjuang mengatasinya. Motivasi dari dalam dirinya diperkuat oleh suatu arah jangka panjang yang jelas: menjadi orang sukses dan terkenal, jadi mengatasi kemiskinannya menuju taraf hidup yang lebih baik.

“Orang yang secara sukses cerdas memotivasi dirinya.”

Mengendalikan dan memanfaatkan impuls-impuls

Tukul memiliki kemampuan untuk mengendalikan kecenderungannya untuk bertindak spontan sehingga menghambat kinerjanya secara optimal. Dia juga mempunyai kemampuan untuk berpikir reflektif, kemampuan untuk berkaca pada orang lain untuk mempertinggi kinerjanya dan melihat kelemahan dirinya sendiri yang menjadi penghambat kinerja optimalnya dan memperbaiki kelemahan itu.

Kisah sukses Tukul menunjukkan bahwa dia pandai dalam mengendalikan impuls-impulsnya. Sederhananya, impuls adalah suatu keinginan kuat yang timbul secara tiba-tiba atau suatu kebutuhan untuk menyalurkan keinginan kuat ini tanpa berhenti untuk memikirkan akibat-akibatnya. Impuls adalah masalah lain bagi Tukul yang kemudian disadari akan menjadi penghalang lain baginya untuk meraih impiannya. Apa siasat yang dipakainya untuk memecahkan masalah ini?

Dia menerapkan nilai-nilai mendasar yang universal, seperti yang diajarkan agama-agama monoteistik, yaitu Yudaisme, Kristen, dan Islam. Kesabaran adalah salah satu nilai mendasar yang dia laksanakan. Kesabaran Tukul bisa saya bandingkan dengan iman Abraham untuk mendapat anak pada usia tua, lama sekali ditunggu tapi sepertinya tidak datang-datang. Penantian Tukul akan datangnya sukses mirip kisah iman Abraham tadi. Dia mengatakan: “Kata banyak orang, kalau di Jakarta bisa cepat ngetop, tetapi saya tunggu-tunggu sampai bertahun-tahun kok tidak ngetop-ngetop.” Mirip Abraham yang hampir pudar imannya lalu akhirnya mendapat seorang anak dari Sarah, isterinya yang sudah tua sekali, sebagai suatu ganjaran dari kesabarannya menunggu wujud dari Tuhan, Tukul menyadari juga kesabaran akan membuahkan ganjaran atau hasilnya juga. Yang mendapat ganjaran bukan “orang emosi” – orang yang tidak sabar – melainkan “orang sabar.” Katanya: “Orang sabar untungnya di depan mata. Orang emosi ruginya juga di depan mata.”

Kesabaran Tukul ternyata terkait erat dengan fokusnya pada tujuan hidupnya: untuk menjadi orang sukses dan terkenal. Sering, orang yang konsisten pada fokusnya yang tampak seperti suatu penantian gila akan suatu ganjaran hidup yang tidak jelas ditanggapi secara sinis oleh orang lain. Tukul pun mengalami tantangan psikologis ini, tapi dia tidak sekalipun melenceng dari tujuan hidupnya. Dalam hubungan ini, dia mengatakan: “Dulu saya diremehkan, direndahkan, Tukul itu siapa sih? Semua itu saya terima dengan ikhas dan sabar.” Karena tanggapannya itu ikhlas dan sabar, dia akhirnya berhasil menjadi orang sukses dan terkenal.

Tapi dalam melawak, Tukul menyiratkan bahwa impuls dalam arti improvisasi justru diperlukan. Sederhananya, improvisasi dalam lawak artinya kemampuan menemukan kata, kalimat, dan lain-lain sementara pelawak beraksi atau berbicara, tanpa direncanakan sebelumnya. Tukul pun melakukan improvisasi ketika melawak dan, karena itu, bertindak dalam konteks ini berdasarkan impulsnya. Mengapa impuls dalam arti improvisasi dibutuhkan Tukul? Jawabannya yang tidak langsung atau tersirat bisa dilihat dari siasatnya untuk menjadi pelawak menonjol melalui siaran radio. Untuk menunjukkan kepiawaiannya, pelawak itu harus mempunyai “kepandaian memotong omongan partner lawak, pendengaran harus tajam, dan mampu meneropong karakteristik pendengarnya saat dia melawak,” Bahar menjelaskan. Tapi improvisasi terjadi kalau lawak audionya tanpa teks yang dipersiapkan sebelumnya. Memotong omongan rekan lawak lalu menanggapinya secara spontan menunjukkan pelibatan improvisasi.

Survei psikologi UI mencirikan salah satu kecerdasan kognitif Tukul dengan istilah “improvisasi.” Saya belum tahu apakah tes IQ mengukur juga improvisasi. Tapi ciri improvisasi, seperti yang sudah dijelaskan, menunjukkan bahwa improvisasi itu suatu pembangkitan gagasan secara spontan (spontaneous generation of ideas), suatu penyebab kreativitas. Dari segi kecerdasan untuk sukses, improvisasi Tukul menunjukkan kecerdasan kreatifnya sebagai sumber improvisasi atau impulsnya untuk lawak.

Kecerdasan kreatif dicirikan oleh kemampuan seseorang untuk menghasilkan gagasan-gagasan yang baru dan menarik. Pemikir kreatif itu sering pemikir sintetik yang baik, yang melihat hubungan antara berbagai gagasan yang tidak dilihat orang lain. Improvisasi dalam dunia lawak dicirikan oleh kemampuan pelawak menghasilkan gagasan-gagasan yang spontan, ide-ide yang baru dan menarik, yaitu, ide yang lucu yang mampu membuat orang tertawa. Tukul yang mempunyai kemampuan berimprovisasi dengan begitu memiliki kecerdasan kreatif, suatu sisi penting dari kecerdasan untuk sukses.

Selain improvisasi, impuls mengacu pada intuisi. Gampangnya, intuisi adalah suatu proses penalaran, tapi ironisnya tanpa penalaran. Dalam intuisi, orang bisa benar bisa keliru – unsur spekulasi ada di dalamnya. Orang keliru dalam intuisinya barangkali karena memakai penalaran yang palsu atau yang melingkar-lingkar. Orang benar dalam intuisinya barangkali karena memakai penalaran yang tepat, atau mengetahui sesuatu itu akan jadi benar tanpa mampu menjelaskan semua kebenaran dari intuisinya. Dia tidak mampu menjelaskan ini secara tuntas karena keterbatasan informasi yang relevan.

Dalam kecerdasan untuk sukses, intuisi adalah suatu sifat dari pengambilan keputusan yang baik, suatu bagian dari kecerdasan analitik. Pengambilan keputusan secara intuitif berdasarkan asumsi bahwa pengambil keputusan bukan orang yang sempurna karena keterbatasan info atau keterbatasan pikirannya yang realistik.

Apakah Tukul pernah mengambil keputusan yang intuitif? Kisah suksesnya tidak menjelaskan bagian kecerdasan untuk sukses ini. Keterbatasan info memang dia sebutkan waktu tiba pertama kali di Jakarta. Dia belum mempunyai gambaran yang jelas tentang apakah kehidupannya akan baik atau buruk di Jakarta. Tapi dia belajar mengenal lingkungan hidup, tantangannya, dan siasat apakah yang bisa dipakainya untuk berhasil. Pemecahan masalahnya secara intuitif – dalam arti menemukan pemecahan yang tepat meski info yang dibutuhkannya kurang dari ideal – barangkali harus dicari pada keyakinan religiusnya. Tukul seorang penganut Islam yang taat.

Kalau Tukul memang memanfaatkan intuisi, suatu contoh impuls, dia menunjukkan pengembangan kecerdasan dengan suatu ciri yang tidak tergolong pada kecerdasan untuk sukses. Tapi pengembangan ini masih dalam batas tema umum tentang kecerdasan sebagai kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan.

“Orang yang secara sukses cerdas belajar mengendalikan impuls-impulsnya.”

Menerapkan tiga siasat

Tukul yang menyadari beratnya masa lampau riwayat hidupnya dan sekarang menjadi OKB menerapkan tiga siasat untuk menunda pemuasan hatinya. Pertama, melalui perencanaan masa depannya. Tentang pokok ini, dia mengatakan, “Kemewahan itu apa sih? Semuanya hanya akan mampir saja.” Dengan pernyataan ini, kita menangkap kesadaran Tukul bahwa kesuksesannya menjadi OKB dan terkenal suatu saat akan berlalu. Karena itu, dia harus mempersiapkan kehidupannya dengan baik. Kedua, dengan hidup hemat. Dia tidak tergoda untuk memboroskan kekayaannya. Dia menabung dan tinggal di lokasi pemukiman yang padat. Ketiga, dengan hidup sederhana. Kesederhanaan hidup ini tampak dari kebiasaan makan-minumnya di masa lampau yang dipertahankan sampai sekarang. Tentang kebiasaan ini, Susiana, isterinya mengatakan: “Mas Tukul makannya gampang, paling senang dibuatkan oseng kangkung, oseng kacang panjang, urap, telur mata sapi, tempe goreng, bakwan jagung, dan mi instan.” Dia juga tidak canggung makan di pinggir jalan atau datang ke tempat makan langganannya dulu ketika masih hidup dalam keadaan sulit.

“Orang yang secara sukses cerdas mempunyai kemampuan untuk menunda pemuasan hatinya.”

Jumat, 08 Januari 2010

Tukul Arwana Punya Kecerdasan untuk Sukses? (6)

II

TUKUL ARWANA: DARI MISKIN MENJADI OKB (sambungan)

Subuh Sukses Menjelang
Titik-balik mulai terjadi dalam sejarah sukses Tukul sesudah dia berkeluarga: terjadi dua perubahan dalam hidupnya. Pertama, sikap introspeksi dirinya dan, kedua, kehidupannya bersama Susiana. Tapi awalnya masih belum mulus.

Tukul menyadari bahwa salah satu cara untuk bisa berhasil adalah dengan membenahi diri sendiri melalui introspeksi. Semua kecenderungan buruk yang menjadi penghalang baginya untuk sukses harus dia lawan. Sebagai gantinya, dia harus membiasakan diri dengan sifat-sifat yang akan menolongnya meraih sukses. Belajar mengubah diri melalui bacaan, nasehat mereka yang arif, dan kritik-diri adalah cara-cara yang sering Tukul pakai untuk meraih sukses.

Tukul menyebutkan beberapa sifat yang membuatnya susah sukses. Dia mempunyai sifat buruk seperti sensitif, gampang tersinggung, suka membesar-besarkan masalah, dan sulit membuat keputusan. Kebiasaan lama susah matinya dan Tukul pun tidak gampang melawan kebiasaan lama yang buruk itu. Tapi dia berhasil melawannya.

Salah satu contoh melawan penghalang ke arah suksesnya terjadi tahun 1994. Waktu itu, dia ingin kembali ke Semarang karena hampir putus asa dengan usahanya meraih sukses di Jakarta. Waktu itu, pelawak Bagito sedang tenarnya. Menurut Tukul, humor mereka “segar, cerdas, sementara lawakan saya ini slapstick, konyol, olok-olokan saja.” (Slapstick adalah semacam lawakan yang “lebih mengandalkan gerakan tubuh atau membahas soal fisik untuk bahan lelucon sehingga terkesan kasar.”)

Tapi dia membatalkan rencananya pulang ke Semarang. Dia melihat suatu peluang untuk keberhasilannya dalam melawak pada kesabaran untuk membuat perubahan dari dalam dirinya sendiri. “Lawak itu persoalan mental,” katanya. Bagaimana mengubah mentalnya supaya dia bisa berhasil dalam lawaknya? Melalui bacaan tentang cara-cara meninggalkan sifat buruknya. “Saya lalu banyak membaca buku,” dia menjelaskan. “Saya balikkan semua sifat buruk saya, mencoba bijaksana, lapang dada, dan berjiwa besar dalam hidup.” Hasil perubahan mentalnya ada juga. “Makanya, saya nyantai aja kalau diolok-olok.” Ada dalam kalimatnya ini perubahan batin yang nyata: penguasaan diri dan sikap lapang dada untuk menerima perlakuan seperti ini dari orang lain.

Dia juga menyadari disiplin itu suatu sikap yang perlu untuk kegiatan melawak profesional.. Dia belajar tentang sikap ini pada Tarzan, seorang pelawak senior Srimulat. Karena “kedekatannya dengan personal Srimulat,” tulis Bahar, “akhirnya ia mendapat banyak ilmu untuk menjadi pelawak yang baik.”

Sebenarnya, beberapa orang yang dekat dengan dia sudah memberinya dorongan dan nasehat mental-spiritual yang kalau diterapkan bisa membuka pintu sukses baginya. Ada yang dipraktekkan dan memberi hasil, tapi ada yang terpendam sebagai potensi sukses, menunggu waktunya yang tepat untuk diaktifkan.

Tukul belajar menerapkan kiat-kiat sukses dari buku Bagaimana Cara Menikmati Hidup dan Mengatur Pekerjaan Anda pemberian Ramon Tommy Bens. Salah satu adalah dengan membuat kartu nama untuk “menjual diri” – menjual usaha lawaknya – ke berbagai pihak. “Sejak itu, satu per satu pekerjaan melawak muncul. Sekali pentas dapat duit Rp 20.000,00.” Tony Rastafara yang tahu Tukul mempunyai bakat terpendam dalam bidang lawak memberinya banyak masukan dan dorongan supaya dia bisa berkembang menjadi orang terkenal. Alex Sukamto memberinya “banyak petuah mengenai strategi menjalani hidup.”

Yang sudah barang tentu memberi dorongan paling kuat pada Tukul adalah isterinya. Peranannya terhadap kesuksesan suaminya besar sekali. Dia sangat dibanggakan suaminya karena mau menerima dirinya apa adanya – tidak peduli apakah dia kaya atau miskin.

Dengan berbagai dorongan, nasehat, dan perubahan dari dalam, Tukul pelan-pelan ke luar dari masa kegelapannya dan menyaksikan subuh suksesnya menjelang. Dia masih butuh waktu lagi untuk menyambut terang suksesnya.

Tukul mulai dikenal banyak orang ketika menjadi model video klip Joshua, seorang penyanyi cilik waktu itu. Meskipun begitu, perekonomian keluarganya belum banyak berubah. Honornya menjadi model video klip itu sebesar 150 ribu rupiah, jumlah yang tidak begitu besar untuk keluarganya.

Sesudah menikah, Tukul dan isterinya mengontrak sebuah rumah petak di kawasan Cipete, Jakarta Selatan. Harga kontrak 150 ribu rupiah per bulan. Waktu itu, Tukul tidak mempunyai penghasilan tetap; uang belanja yang diberikan pada isterinya antara seribu dan dua ribu rupiah sehari. Tapi kekurangan ini bisa ditopang isterinya, seorang kasir di sebuah restoran.

Seiring dengan tahun Tukul menikah, dia malah diterima oleh Radio Suara Kejayaan. Antara 1995 dan 2000, dia menjadi penyiar radio swasta itu. Honor pertamanya sebesar 75 ribu rupiah, bayar kontrak rumah 15 ribu rupiah; dan yang lain dipakai untuk bayar iuran pagernya. Ternyata honor ini kurang: dia defisit sebanyak 75 ribu rupiah setiap bulan.

Habis Gelap Terbitlah Terang
Tahun 1997, puteri Tukul lahir. Dia dinamakan Novita Evita Afriana dan sehari-hari dipanggil Vita atau Novi. Kelahiran Vita boleh dibilang menjadi pembuka jalan ke arah kesuksesan Tukul. Dia satu-satunya anak Tukul dan Susiana karena Susiana dua kali keguguran. Novi membuat ayahnya “semakin bersemangat untuk bekerja dan berkarier.” Menurut Tukul, rezekinya “terus meningkat” sesudah Novi lahir. Ini termasuk tawaran melawak yang semakin banyak dan ajakan bergabung ke Srimulat tempat dia menjadi bintang tamu.
Pintu ke arah sukses makin terbuka ketika Tukul menyadari bahwa “namanya [bisa] membawa hoki”, membawa keberuntungan. Makna nama Tukul dalam bahasa Jawa sudah dijelaskan. Tapi Tukul ingin meningkatkan hokinya dengan menambah nama lain sebagai pengganti nama aslinya yang lain, yaitu Riyanto. Dia ikut saran Tony Rastafara, salah seorang sahabatnya, dengan menambah Arwana di belakang nama Tukul. Arwana, kata Tony, adalah nama ikan yang dipelihara orang kaya. Dengan memakai nama ini, Tukul diharapkan bisa menjadi orang kaya. Selain itu, kumis Tukul, menurut Tony, adalah kumis orang kaya. Sejak itu, Tukul menambahkan Arwana di belakang namanya.

Ada lagi nama lain yang ditambahkan Tukul sendiri: Renaldy. Sering ketika melawak, dia memakai nama ini, sekadar sebagai bahan lawakan untuk memancing tawa orang. Renaldy bisa menimbulkan efek komikal karena asosiasi yang bisa menggelikan penonton. Renaldy yang semestinya nama indah seorang lelaki tampan malah sekarang menjadi nama orang yang wajahnya tidak tergolong tampan. Untuk membuat penonton tertawa, “pengucapan Renaldy biasanya diikuti dengan tangan menjumput moncong bibirnya.”

Harry de Fretes ikut membuka jalan ke arah keberhasilan Tukul. Seniman ini mengajak Tukul main dalam sinetron Hari-hari Mau di SCTV. “Inilah saat awal Tukul memasuki dunia hiburan di ibu kota,” Bahar menjelaskan. Keterlibatan ini seakan-akan membuka jalan lebar bagi Tukul untuk mulai tampil terbuka di televisi. Perkenalannya dengan Srimulat pada tahun 1998 ikut membuka peluang lebih besar ke arah suksesnya.

Kemudian, Tukul makin sering ikut terlibat macam-macam peran di televisi. Dia tampil di Lenong Rumpi oleh Ramon Tommy Bens, menjadi pendukung acara Salam Ganda dari Ebet Kadarusman, tampil dalam acara musik Aduhai dan acara Dangdut Ria di Indosiar, menjadi pemeran Pak Roma dalam sinetron Semua Suka Roma, dan ikut dalam Opera Sabun Mandi di SCTV. Selain itu, dia tampil dalam Hari-hari Mau di SCTV, Catatan Si Tukul di RCTI, Ludruk Glamor SCTV, Ketawa Spesial ala Trans TV, dan Komedi Tengah Malam di Lativi. Di samping terlibat dalam berbagai peran di Indonesia, dia juga pernah tampil bersama Srimulat di China, Belgia, Belanda, Singapura, Jerman, dan tempat-tempat lain.

Akhirnya, sesudah suatu perjuangan selama 17 tahun melalui “kristalisasi butir keringat”, Tukul boleh dibilang mencapai cita-citanya semasa di Semarang: menjadi orang sukses dan terkenal. Puncak pencapaian cita-cita itu terjadi tahun 2006 ketika dia menjadi pembawa acara Empat Mata di stasiun televisi TRANS-7, suatu acara yang sangat sukses untuk stasiun televisi ini dan menghasilkan bayaran yang diperkirakan mencapai miliaran rupiah untuk Tukul.

Mr. Apollo, seorang warga Filipina dan seorang konsultan media, ikut berjasa besar dalam penyusunan tontonan kreatif Empat Mata. Menurut info, konsultan asing itulah yang mengenal baik talenta Tukul sebagai host Empat Mata.

Sebelum Tukul menerima tawaran TRANS-7, dia pergi konsultasi spiritual pada Moch. Kuswanto, sering dipanggil Gus Tanto, di Semarang. Dulu, di Semarang, Gus Tanto kawan Tukul waktu masih remaja di desanya, kemudian menjadi kernet Tukul. Sekarang, kawannya menjadi pemimpin Pondok Pesantren, Istighfar, di Semarang. Tukul sering meminta pendapat dan nasihat Gus Tanto sebelum dia membuat keputusan yang penting. “Gus Tanto memberi dukungan dan yakin bahwa acara tersebut bakal sukses.”

Mengapa tontonan Empat Mata dengan Tukul sebagai host begitu digandrungi pemirsa TRANS-7? Pertama, tontonan ini mampu meningkatkan pemasangan iklan di televisi. Kedua, faktor Tukul yang mampu menarik jutaan penonton menikmati acara ini.Acara ini ditonton 16,5 persen penonton televisi pada jam yang sama. Ini “suatu proses spektakuler” karena mampu menghasilkan suatu tontonan dengan sangat banyak pemirsa dan pemasangan iklan. Ketiga, Tukul hadir di saat yang tepat ketika pemirsa membutuhkan tontonan dengan gaya dan model yang baru. Keempat, acara itu membahas tema-tema sederhana yang dengan pas sekali dibawakan Tukul dan menarik minat penonton. Keenam, acara yang dibawakan Tukul ini tidak membosankan pemirsa. Empat Mata adalah “sebuah acara yang akhirnya menjadikan Tukul memasuki masa ‘keemasan’” karena “sangat digandrungi banyak pemirsa.”

Keterlibatan Tukul dalam Empat Mata ikut mengubah secara luar biasa hidupnya. Dari orang desa yang kere, supir omprengan di Semarang, kerja serabutan di Semarang dan Jakarta, makan-minum dengan menimbun utang di warung-warung di Jakarta, tinggal di rumah kontrakan, sering tidak tahu dari mana bisa mendapat uang, makan pagi jam 11 siang dan makan siang jam 11 malam, masih kekurangan uang ketika berkeluarga, Tukul sekarang menjadi Orang Kaya Baru (OKB). Ada kabar bahwa harga Tukul sekali tayang 20 jutaan rupiah. Tayangannya dari Senin sampai dengan Jumat setiap minggu untuk 260 episode. Kalau sekali tayang, Tukul dibayar 20 jutaan rupiah, bayangkan berapa banyak uang yang dia dapatkan dari 260 episode. Pokoknya, miliaran rupiah.

Menurut perhitungan berbagai media, penghasilan tahunan Tukul diperkirakan miliaran rupiah. Ini berasal dari acara Empat Mata dengan tayangan iklan yang sangat banyak – sumber pemasukan yang sangat besar untuk Tukul. Ini belum termasuk penghasilan Tukul dari acara-acara lain, seperti Catatan Si Tukul di RCTI. Menurut info, Tukul sudah menandatangani kontrak sebanyak 100 episode. Kalau penghasilan total dari keterlibatan Tukul di TRANS-7 dan RCTI serta stasiun lain dihitung, dia tentu dapat penghasilan yang sangat besar.

Tanda-tanda sebagai OKB sudah tampak di kawasan Cipete Utara. Di sini, Tukul sudah mempunyai tiga rumah kontrakan besar dan dua rumah besar. Di garasi rumahnya, ada Toyota Kijang Innova, sepeda motor Harley Davidson, dan sebuah sedan Mitsubishi 1983, mobil pertama yang dibeli Tukul.

Kalau memang penghasilannya sekarang miliaran, apa Tukul yang dulu miskin dan utang makan-minum sana-sini sekarang ingin memuaskan dirinya dengan berfoya-foya? Ternyata tidak.

Dia menghargai jerih-payahnya sampai sukses seperti sekarang dan sudah membuat rencana ke masa depan kalau tidak lagi menjadi orang terkenal. Dia sangat menghargai kesuksesannya yang dia raih dengan susah-payah selama 17 tahun. Dia juga tahu suatu waktu dia tidak akan terkenal lagi dan karena itu “harus mempersiapkan kehidupannya dengan baik.”

Yang harus dikelola dengan baik adalah penghasilannya yang diperkirakan mencapai miliaran rupiah itu dan sikap mentalnya terhadap kekayaannya. Dia menyimpan uangnya dengan membuka rekening di tiga bank yang secara administratif memiliki manfaat yang berbeda-beda. Yang pertama untuk pembayaran pekerjaan di televisi, yang kedua untuk pekerjaan off air, dan yang ketiga untuk pembayaran kontrak rumah. Meski sudah menjadi OKB, hidupnya sederhana, tinggal di lokasi yang padat penduduk di Cipete, dan tidak menyukai kehidupan malam.

Sesudah sukses, Tukul bukan kacang yang lupa kulitnya. Dia tidak lupa berbagi rezeki.

Sebagian rezekinya dia bagi dengan orang tua dan saudaranya di Semarang. Untuk ayahnya, dia mendirikan rumah yang bagus di Gunung Pati, Semarang. Dia juga memberi bantuan pada kakak dan adiknya.

Pondok Pesantren Istighfar pimpinan karibnya, Gus Tanto, ikut kebagian rezeki Tukul. Sudah lama dan secara teratur, dia memberi bantuan zakat maal.

SMA tempat dia bersekolah di Semarang memperoleh juga bantuan dari Tukul. Waktu reuni akbar sekolah itu tahun 2005, Tukul menyumbang sebuah sepeda motor Honda Supra Fit untuk inventaris sekolah. “Mungkin sebagai balas budi karena tidak jadi dikeluarkan dari sekolah akibat telat membayar biaya sekolah,” Bahar menduga.

Apakah Tukul yang sudah kaya itu sudah bayar utang-utangnya di warung-warung itu? Info tentang masalah ini tidak saya temukan. Ahmad Bahar hanya mengatakan Tukul yang kaya sekarang “tidak canggung makan di pinggir jalan atau datang ke tempat makan langganannya dulu ketika masih susah.”

Jadi, apakah kisah sukses Tukul Riyanto Renaldy Arwana menunjukkan kecerdasannya untuk sukses? Ini nanti saya jawab dalam bagian berikutnya.

Kamis, 07 Januari 2010

Tukul Arwana Punya Kecerdasan untuk Sukses? (5)

II


TUKUL ARWANA: DARI MISKIN MENJADI OKB


Kiat-kiat sukses Tukul Arwana lebih gampang dipahami kalau kita memahami juga riwayat hidupnya. Jalan hidupnya, dari orang miskin sampai menjadi OKB (Orang Kaya Baru), menunjukkan pengaruh pada petuah-petuah suksesnya, termasuk bermacam-macam tipnya, kemudian hari.

Masa Menjadi Anak Angkat
Tukul Riyanto lahir di Desa Perbalan, Purwosari, Semarang, 16 Oktober 1963 dari pasangan Sutimah, ibunya, dan Abdul Wahid, ayahnya. Dia anak ketiga dari empat bersaudara: Siti Rondiyah, Anik Khowiyah, Tukul Riyanto, dan Suhadi alias Bendel. Keluarga yang orang tuanya penjahit itu miskin dan tinggal di lingkungan desa yang miskin.

Di balik nama Tukul terkandung harapan orang tuanya. Thukul, suatu kata bahasa Jawa, berarti tumbuh, tumbuh dari bawah ke atas. “Itulah harapan mulia orang tua saya terhadap kehidupan saya,” kenang Tukul. “Kalau sekarang orang lebih nyaman memanggil saya Tukul – bukan Thukul – ya tidak menjadi masalah bagi saya.”

Tapi sejarah perjalanan hidupnya akan menunjukan bahwa harapan orang tuanya akan dilalui lebih dahulu melalui perjuangan yang panjang dan berat dari puteranya. Perjuangan itu sudah mulai sejak kecil sebagai seorang anak desa lalu sebagai seorang lelaki dewasa yang untuk beberapa tahun tidak dikenal banyak orang di Jakarta tapi yang berjuang untuk meraih sukses.

Seperti anak desa lainnya, Riyanto kecil seorang anak yang lugu, lincah, dan suka bermain-main bebas dengan teman-teman seusianya. Mereka bermain di tempat lumpur, memburu kepiting, dan bermain di sungai.
Bakat melawak Tukul sudah mulai kelihatan waktu dia masih anak desa. Waktu itu, teman-teman sepermainannya mengenal hobi suka membanyol dari Riyanto. Hobinya akan membuat Riyanto mempunyai banyak teman dan disukai banyak kalangan.

Sejak usia 5 bulan, Tukul Riyanto menjadi anak angkat keluarga. Suwandi, tetangga orang tua Tukul, tinggal tidak jauh dari rumah mereka. Pengangkatan ini tidak terjadi secara tiba-tiba tapi makan waktu. Keluarga Suwandi menikah cukup lama tapi belum dikaruniai seorang anak. Mereka menerima Tukul sebagai anak melalui perhatian dan kasih-sayang pada bayi Tukul. “Setiap kali ‘Tukul bayi’ menangis, ia langsung diam begitu digendong oleh pasangan Suwandi,” tulis Bahar. Lama-kelamaan, ini menjadi kebiasaan. Waktu Suwandi ingin Tukul menjadi anak angkatnya, orang tua Tukul tidak keberatan karena mereka sendiri mempunyai empat anak.

Meski anak angkat, Tukul mendapat kasih sayang orang tua angkatnya. Keluarga Suwandi mencukupi kebutuhannya. Keluarga Suwandi tergolong orang kaya di kampungnya waktu itu. Pak Suwandi sehari-hari bekerja sebagai mandor satu perusahaan di Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang. Mereka juga sudah memiliki apa yang belum dipunyai banyak orang kampung waktu itu: sepeda motor dan televisi, lambang orang kaya di kampung. Karena ada televisi, rumah keluarga Suwandi menjadi ramai dengan orang-orang kampung yang datang untuk ikut menonton acara di televisi.

Masa sekolah Tukul dilewati dengan tamat SD Purwogondo Purwosari, SMP Muhammadiyah di Indrapasta, dan SMA Ibu Kartini – semuanya di Semarang. Ada beberapa tahapan perkembangan berarti dalam kehidupan Tukul yang akan ikut memengaruhi masa depannya di tiga tingkatan sekolah ini.

Sifat nyeleneh si Tukul kecil sudah tampak di SD. Bertelanjang dada dan memakai hanya celana kolor di sekolah bukan aturan di sekolah. Tapi si Tukul kecil melakukannya meski ditegur beberapa kali. Teguran itu tidak dia hiraukan karena dia merasa sangat menikmati keadaannya dengan bertelanjang dada.

Waktu remaja, wajah khasnya mulai kelihatan jelas. Mimiknya lucu. “Mungkin saking seringnya ia melucu, maka mimik wajahnya pun terbawa lucu,” tulis Bahar. “Ia selalu mengundang tawa bagi lawan bicaranya.”
Meskipun demikian, akar pedesaannya tidak hilang pada masa remajanya. Tukul itu “remaja lugu, jujur, dan tidak neko-neko,” tulis Ahmad Bahar.

Wajahnya yang khas menunjang bakatnya untuk melawak. Tampang dan bakat Tukul ini mulai kelihatan waktu dia di SMP. Dia beberapa kali tampil melawak pada berbagai kesempatan. Modal ini akan menjadi suatu pembuka pintu suksesnya di Jakarta kemudian hari.

Masa sulitnya yang akan menjadi motor penggerak keinginannnya untuk berubah mulai waktu dia di kelas tiga SMP. Pasangan Suwandi, orang tua angkat Tukul, mulai mengalami kesulitan ekonomi. Tukul ikut merasakan kesulitan ekonomi orang tua angkatnya. Orang tua angkatnya yang tidak lagi mampu membayar biaya sekolahnya terpaksa menjual semua ayam dan piring di rumah untuk membayar uang sekolahnya. Akhirnya, rumah keluarga itu pun dijual.

Puncak masa kesulitan ini terjadi waktu Tukul sudah di SMA. Karena kesulitan ekonomi belum juga bisa diatasi, keluarga Suwandi membuat keputusan yang akan mempunyai pengaruh kuat pada Tukul di masa depan. Orang tua angkatnya akhirnya tidak mampu lagi membayar biaya sekolah Tukul. Tunggakan biaya sekolah timbul dan berlangsung beberapa bulan. Tukul terancam putus sekolah. Kepada Pak Sutrisno, seorang gurunya, Tukul mengatakan dia ingin berhenti sekolah karena tidak mampu membayar uang sekolah.
Beruntung para guru memberi jalan ke luar untuk Tukul sesudah tahu alasan permintaannya untuk berhenti sekolah. Mereka mengambil keputusan: Tukul boleh menyelesaikan sekolahnya. Keputusan ini memberinya semangat untuk meneruskan sekolahnya sampai tamat.

Lalu, bagaimana dengan tunggakan biaya sekolahnya? Tukul mengatasinya dengan inisiatif sendiri. Sambil bersekolah, dia meluangkan waktu lowong dengan “kerja serabutan untuk mencari tambahan biaya sekolah” dan uang makan-minumnya. Tidak selalu gampang untuk mendapat uang yang cukup. Sering dia ke sekolah dengan hanya mengantongi seratus rupiah, jumlah uang yang terlalu sedikit untuk ongkos pulang pergi naik angkutan umum.

Kemudian, mengapa para guru SMA Ibu Kartini itu tidak rela menyaksikan Tukul berhenti bersekolah? Tukul mengatakan dia bukan siswa dengan prestasi kelas yang menonjol. Tapi bakat melawaknya yang sudah kelihatan sejak SMP ikut membawa keharuman nama sekolahnya. “Beberapa kali Tukul mengikuti lomba lawak dan sering menggondol juara,” tulis Bahar. Barangkali, karena jasa Tukul membawa nama harum sekolahnya dia diizinkan melanjutkan sekolahnya sampai selesai.

Pasca SMA di Semarang
Sesudah tamat SMA, Tukul yang sewaktu bersekolah bekerja serabutan sekarang harus menghidupi dirinya sendiri. Pekerjaannya nanti mempertemukannya dengan orang-orang yang akan menjadi penuntun hidup dan teman akrabnya.

Mula-mula, dia bekerja di bidang angkutan umum di Semarang. Dia pernah menjadi kernet angkutan kota (angkot) jurusan Johar-Panggung selama beberapa bulan, sopir angkot jurusan yang sama selama dua tahun, supir truk elpiji di Tanah Mas, lalu kembali lagi menjadi sopir angkot. Ketika bekerja sebagai seorang sopir angkot pertama kali itulah Tukul mengajak sahabat karibnya, Gus Tanto, bekerja sebagai kernetnya; nanti Gus Tanto menjadi guru spiritualnya sesudah Tukul menjadi orang tenar. Dia bahkan ngamen bersama teman karibnya, Tony Rastafara, di kereta dari Semarang ke Kaliwungu, Kendal. Tony memainkan gitar, Tukul menyanyikan lagu-lagu Doel Sumbang.

Di luar dari pekerjaannya sehari-hari, Tukul mencoba keberuntungannya dalam seni lawak. Dia sering mengikuti berbagai lomba lawak tingkat Kabupaten Semarang dan Propinsi Jawa Tengah, entah sebagai pelawak tunggal atau berpasangan dengan beberapa kawannya seperti Suharno, Slamet, dan Sutrisno. Sering Tukul juara lomba-lomba lawak itu dan bahkan juara satu lomba lawak tingkat propinsi Jateng. “Kemenangan ini sering dirayakannya dengan makan-makan bersama teman-temannya,” tambah Bahar. Juara lomba lawak ini antara 1979 dan 1983.

Ada lagi kisah kerja serabutan Tukul sebagai sopir, kisah persiapan mental baginya sebelum sukses di Jakarta. Dia pernah bekerja sebagai sopir pribadi Alex Sukamto. (Sayang, Ahmad Bahar tidak menyebutkan di kota mana Alex tinggal. Tapi dari info lain yang ada di buku itu bisa diperkirakan bahwa mantan juragan Tukul itu tinggal di Semarang.) Mantan majikannya heran “seorang sopir seperti Tukul ternyata mempunyai hobi membaca buku. Lebih mengherankan lagi, buku-buku yang dibacanya . . . tentang psikologi, politik, dan lain-lain.” Alex bercerita buku itu dibeli Tukul dengan menyisakan gajinya sebagai sopir. Semangat belajar Tukul memang tinggi karena dia menyadari suatu rahasia keberhasilannya bergantung pada info yang berguna bagi orang dari keluarga yang tidak mampu seperti dia. Keputusan ini ternyata akan menolongnya untuk meraih sukses di Jakarta.

Hubungan Tukul dengan Alex Sukamto saling mengisi dan melengkapi. Selama menjadi sopir Alex, Tukul belajar banyak petuah tentang “strategi menjalani hidup.” Sebaliknya, Tukul, menurut Alex, seorang pekerja yang baik dan jujur, hampir tidak pernah membuatnya kecewa. Dia juga sering melawak sampai membuat suasana dalam kendaraan mantan juragannya “selalu segar dan gembira.”

Akhirnya, dia memutuskan untuk hijrah ke Jakarta tahun 1985 karena beberapa sebab. Pertama, dia ingin sukses dan terkenal dan keinginan itu sulit diraih di desanya. Jakarta itulah tempat impiannya bisa draih sehingga bisa menjadi sukses dan terkenal. Kedua, dia ingin ke Jakarta untuk melupakan patah hatinya karena cintanya bertepuk sebelah tangan. Ketika menjadi remaja, Tukul dua kali jatuh cinta pada dua gadis yang berbeda di Semarang. Pertama kali, dengan gadis tetangga kampungnya berinisial Z dan yang kedua, dengan gadis berinisial S. Tapi keinginannya pacaran dengan masing-masing gadis gagal karena keluarga pacarnya sangat menolak Tukul. Ipong, seorang karib Tukul yang tahu betul hubungan cinta Tukul ini, mengatakan, “Keluarga pacarnya itu tidak setuju dengan Tukul. Selain wajahnya jelek, Tukul itu kere, ndak punya apa-apa.” Ahmad Bahar menambahkan akibat menyedihkan dari penolakan itu pada Tukul: “Karena patah hati, Tukul akhirnya merantau ke Jakarta.” Ketiga, dia diajak Joko Dewo, seorang temannya di Jakarta, untuk pindah ke sana.

Malam yang Terasa Panjang di Jakarta
Joko Dewo, sahabat dan rekan sekolah Tukul, sudah duluan pindah ke Jakarta. Untuk sebab-sebab yang sudah disebutkan, Tukul pun ingin ke Jakarta. Dewo mendorong keinginan Tuwul dengan mengirimkan surat yang disertai uang 30 ribu rupiah. Itu ongkos angkutan Tukul ke Jakarta.

Tahun 1985, Tukul Arwana berangkat ke Jakarta. Dia menumpang di rumah kontrakan Tony, seorang temannya yang lain, dan Joko di kawasan Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Waktu pertama kali menginjakkan kaki di Jakarta, dia belum mempunyai gambaran jelas tentang apakah kehidupan sehari-harinya akan baik atau buruk. Dia “tidak pernah berpikir akan bekerja apa. Apakah bisa memiliki rumah atau mobil, apakah bisa hidup layak dan menyekolahkan anak seperti kehidupan orang-orang Jakarta lainnya?”

Kedua temannya bukan orang berada, tapi mereka menunjukkan rasa solidaritas yang kuat terhadap Tukul. Tony dan Joko “telah lebih dahulu merasakan pahit getirnya hidup di Jakarta”, tulis Ahmad Bahar. Meskipun begitu, mereka berdua bersedia memberi bantuan supaya Tukul bisa mendapat makanan sebelum bisa mempunyai penghasilan sendiri. Tapi kedua teman Tukul ini tidak setiap hari memberi makan Tukul; ada kalanya, mereka cuma memberi pinjaman padanya supaya dia bisa membayar makanannya. Kalau makan di rumah kontrakan, mereka tidak selalu makan tiga kali sehari. Makan pagi bisa jam sebelas siang, makan siang jam sebelas malam sesudah mereka pulang kerja. Masa awal Tukul di Jakarta memang berisi “kegetiran hidup” yang sangat membekas di hatinya.

Selain di rumah kontrakan, Tukul juga makan tanpa bayar di warung. Di warung sebelah rumah kontrakan temannya, dia terkadang berutang untuk waktu yang cukup lama. Dia tidak mempunyai uang untuk membayar tagihan. Terpaksa, dia diam-diam pindah makan dari warung lain ke warung lainnya dan membuat utang lagi yang tidak bisa dibayarnya. Tulis Bahar, “Bila sudah demikian, maka ia menjadi bingung harus lewat jalan yang mana lagi untuk pergi ke luar rumah agar tidak melewati beberapa warung yang telah memberi piutang kepadanya.”

Akhirnya, Tukul mengakibatkan lingkungan tetangga di Blok S menjadi kurang bersahabat lagi dengan dia. Dia sering utang di sebuah warung di pinggiran lapangan Blok S, di depan Oru, nama sebuah tempat hiburan, karena waktu itu dia “sedang susah banget.” Apa reaksi orang terhadap kebiasaan utangnya? “Banyak orang yang mencibir dan juga tidak sedikit yang mencemoohnya,” Bahar menjelaskan. “Banyak juga orang yang enggan ketemu Tukul sebab mereka takut jika dijadikan sasaran untuk berutang.”

Andaikan harapannya untuk mendapat job dan penghasilan teratur menjadi nyata, dia seharusnya bisa menebus utang-utangnya yang mengakibatkan lingkungan tetangga kurang simpatik padanya. Tapi pekerjaan tetap belum ada. Kalau belum punya pekerjaan tetap sementara tuntutan kebutuhan hidup sehari-hari belum terpenuhi, apa yang bisa dia dapatkan dari hanya berharap saja?

Untung Tukul memiliki pikiran realistis. Dia lalu mengambil keputusan untuk “bekerja apa saja alias serabutan.” Dia lalu menjadi sopir pribadi, membantu pembuat sumur pompa dengan tugas memegang pipanya, dan bekerja di video shooting dengan tugas memegang kabelnya.

Tentu pekerjaan serabutannya hanya sampingan karena keinginan utama dia supaya bisa dipekerjakan dengan bayaran yang tetap di dunia lawak. Tapi menunggu datangnya apa yang disebutnya “job” itu ibarat menunggu terbitnya matahari sesudah suatu malam penantian yang membuat saraf tegang dan rasa bosan yang lebih panjang dari biasanya.

Timbullah suatu krisis batin yang ditanggapi Tukul secara menggelikan. Saking lamanya menunggu job, Tukul merasa bete, boring total: “sangat bosan dan jenuh pikirannya.” Untuk mengatasinya, dia ngerjain dirinya sendiri. Dia pergi ke wartel, menyampaikan pesan ke pager miliknya di rumah kontrakan. Isi pesan: ada panggilan job untuk Tukul. Pagernya lalu berbunyi di rumah kontrakan dan dibaca teman-temannya. “Kontan saja, teman-teman serumah geli menertawakan tingkah Tukul ini.”

Memang dia mengalami kesulitan hidup tapi ini tidak mengakibatkan semangat hidupnya patah. Bakat melawaknya di Semarang tetap disalurkannya di Jakarta. Dia tampil dalam kelompok lawak Purbaria yang pernah dirintis Joko Dewo. Grup ini sering meraih gelar juara dari berbagai lomba lawak yang mereka ikuti di Jakarta. Kelompok lawaknya pernah juara Lomba Lawak Mini Kata, Lomba Lawak se-DKI, dan Lomba Lawak se-Jabotabek.

Dengan kinerja lawak seperti ini, Tukul berharap bisa mendapatkan mata pencaharian yang tetap di bidang lawak untuk membuat kehidupannya di Jakarta lebih baik. Seperti ketika dia dan Joko juara Lomba Lawak Mini Kata Nasional di Balai Sidang, Jakarta, 1985. Dengan kemenangan ini, Tukul berpikir dia akan terkenal secara nasional dan – yang sangat penting – “kebanjiran order.” Tapi tidak satu pun koran yang dia beli menyebutkan kemenangan dia dan Joko dan tidak ada satu pun panggilan job yang segera sampai di telinganya.

“Perasaan sedih dan trenyuh tentu dia rasakan sangat dalam,” tulis Ahmad Bahar. Keadaan jiwa seperti ini baru awal dari berbagai kegalauan yang akan dia alami. Dalam keadaan belum sukses di Jakarta, dia sepertinya akan menyerah pada tantangan yang begitu berat di ibu kota. Mimpinya untuk menjadi orang sukses dan terkenal tampaknya akan tinggal mimpi saja.

Sesudah kecewa karena kejuaraannya dalam lawak mini-kata tidak membuka jalan untuk meraih cita-citanya, dia pulang kampung. Tanpa membawa lambang-lambang sukses orang Jakarta – “mobil dan penampilan oke.” Seperti apa Tukul yang pulang kampung? “. . . . badan kurus kering dengan langkah yang seperti melayang.”

Belum lagi masalah utangnya dibereskan supaya lingkungan tetangga bisa menerimanya kembali, Tukul mengalami kekecewaan lain. Tahun 1994, banyak pelawak muncul di Radio SK (Suara Kejayaan); Tukul berpikir dia, seorang pelawak, bisa mendapat job juga di radio amatir ini. Tapi dia harus gigit jari. Pengelola Radio SK mengajukan syarat yang sulit atau mustahil dia penuhi. Dia harus memiliki ijazah minimal D3 – Diploma 3 – dan mampu melawak dengan gaya modern. Karena dia tidak mempunyai ijazah ini dan lawakannya dinilai tradisional, dia “harus rela menelan kekecewaan kembali.”

“Roda kehidupan telah ia jalani. Kisah sedih, pahit, suka ataupun gembira semuanya . . . silih berganti menghiasi kehidupannya.” Kapan subuh sukses yang dia rindukan itu jelang? Kapan matahari hidupnya akan terbit?

Dalam kegalauan yang sepertinya belum reda ini, Tukul yang akan berusia 32 tahun pada tahun 1995 ingin berkeluarga. Usianya sudah lebih dari matang untuk berkeluarga dan dia memutuskan untuk mencari pendamping hidupnya. Pilihannya jatuh pada Susiana, seorang gadis berdarah Minang yang dia kenal pada acara pernikahan seorang kawannya. Tukul sadar dia tidak mempunyai pekerjaan tetap dan tidak mau mengecewakan Susiana kalau dia mau jadi isterinya. Karena itu, dia menanyakan Susiana apa mau kawin dengan dia. Meski belum tahu apa akan menjadi orang sukses atau tidak, Tukul “siap bertanggung jawab dan siap menjadi suami yang baik.” Susiana yang tampaknya bukan “gadis matre”, gadis yang ingin calon suaminya mempunyai harta banyak, menerima Tukul apa adanya.

Ketika masih pacaran, Tukul ingin membeli sepeda motor tapi uangnya tidak cukup. Dia mempunyai 800 ribu rupiah dan masih butuh 500 ribu lagi. Susiana mengambil tabungannya sebesar jumlah yang kurang itu dan Tukul bisa membeli sepeda motornya.

Tahun 1995, mereka berdua memutuskan untuk menikah dan membangun rumah tangga. Tukul berusia 32 dan Susiana 26 tahun.

Tapi sampai dengan persiapan untuk menikah dan masa awal mereka membina rumah tangga, kehidupan Tukul belum juga cerah. Beberapa saat sebelum hajatan untuk menikah diadakan, Tukul kebingungan karena tidak ada biaya untuk menggelar pesta hajat. Dalam keadaan terpaksa dan sesuai persetujuan Susiana, dia menggadaikan sepeda motornya. Lalu setahun sesudah menikah, kehidupannya belum juga lepas dari kesulitan. Sekali dia tidak mempunyai penghasilan dan terpaksa menjual barang berharga, termasuk cincin. Tukul “sebenarnya merasa sangat terpukul, tetapi ia bersyukur dapat menghadapinya dengan realistis.” Menjelang Lebaran ketika isterinya hamil, dia terpukul lagi oleh berita yang tidak terduga. Dia mendapat surat tertulis dari manajemen Srimulat yang ditandatangani Kadir bahwa dia diberhentikan sebagai bintang tamu dalam kelompok lawak Srimulat. Tanpa disadari Tukul, badannya “sempat gemetaran mendengar kabar ini.”

Meski mengalami kehidupan berkeluarga yang masih belum lepas benar dari himpitan hidup, Tukul membuat keputusan yang tepat ketika dia menikah dan membentuk keluarga dengan Susiana. Ketika Tukul sudah ngetop, apa pandangannya tentang Susiana? “Dia sangat setia,” jawab Tukul. “Mulai dari tak punya apa-apa sampai bisa seperti ini, ia selalu mendampingi saya.” Susiana ternyata akan ikut memainkan peranan yang penting dalam kisah sukses suaminya.